SAATNYA MERUNDUK

SAATNYA MERUNDUK
Photo by Unsplash.com

Sejak Perang Dunia kedua inilah peristiwa global paling mencekam dalam sejarah modern abad ini. Homo sapiens sedang berduka.

Semua orang dari seluruh ras, suku, bangsa, gender, usia dan strata tersandera olehnya. Standar hidup jungkir balik.

Bangsa-bangsa sibuk menyelamatkan diri menghadapi hantu yang tak bisa dihalau mantra dan serdadu yang tak tembus peluru. Ia senyap, bahkan pasif, tak mendatangi tapi dijemput, disentuh dan dipindahkan.

Kecemasan menyergap setiap individu dari desa terpencil di New Zealand hingga pesisir Peru. Virus mematikan yang terinfeksi. Frustrasi menjangkiti yang terduga. Kecemasan menghantui yang menanti.

Kemakmuran, kekuasaan, ketenaran dan semua citra keunggulan tak sapenting survive. Saham-saham berguguran. Perusahan-perusahan hancur. Bank-bank lumpuh. Nilai tukar anjlok. Ekonomi seolah mulai titik nol.

Yang kaya seketika bangkrut. Yang miskin dapat banyak teman baru dalam meratapi kesialan. Para pemimpin mungkin baru kali menyesali nasib sebagai penanggungjawab bangsa-bangsa.

Spiritualitas mulai dibincang. Mihrab, sinagog, gereja, wihara, kuil, pura, candi dan sentra-sentra ritus mengumandangkan himne dan lantunan zikir, doa, pujian, prārthanā,
dan liturgi dalam aneka frasa. Allah, Bapa, Sang Hyang, Khoda, Lord dan Dewa mulai dirindu. Tasbih, rosario dan japa mala, diputar dan jari-jari ditarikan menghitung nama-nama kudus. Semua berlomba membaca Quran, Bible, Weda, Tripiṭaka, Si Shu dan semua traktat suci memperbarui ikrar pakta vertikal demi mencari keselamatan.

Semua pemuka agama-agama mencari mantra dan sabda yang jitu untuk mengiba kepada Tuhan agar "turun tangan" mengintervensi dinamika tak terelekkan ini.

Saatnya manusia merunduk dan sadar posisi sebagai penghuni, bukan pemilik, sebuah partisipan, bukan penguasa dan sebuah ciptaan, bukan pencipta.

Saatnya setiap individu menengadah menjelajahi eksistensi dan menata ulang pandangannya tentang Tuhan, alam dan dirinya, lalu berserah dengan harapan, cinta dan solidaritas.

t.me/perspektifmuhsinlabib

Read more