SARAN KONSTRUKTIF UNTUK CAWAPRES
Pidato salah satu cawapres di sebuah kota di Jawa Barat beberapa hari lalu menimbulkan keraguan sejumlah pihak tentang masa depan toleransi antar umat penganut agama dan intra penganut agama.
Cawapres harus mencerminkan sikap toleransi lintas kelompok, bukan hanya mengunggulkan pandangan sektarian dan ormasnya.
Cawapres harus membuang kesan pengunggulan agama dan aliran serta ormas agar massa yang majemuk memilihnya.
Cawapres yang identik dengan stigma intoleransi dan diskriminasi harus menghindari pernyataan yang menghambat elektabilitas capres.
Cawapres harus menimbang semua efek terhadap elektabilitas capres sebelum melontarkan pernyataan depan publik.
Cawapres harus sadar bahwa di era medsos yang mendengar setiap pernyataannya bukan hanya massa depan podium tapi seluruh publik.
Cawapres perlu meyakinkan publik bahwa pendamping capres adalah posisi politik berdimensi nasional, bukan sektarian dan komunal.
Cawapres harus sadar bahwa 250 juta lebih penduduk terdiri atas ragam agama, golongan, suku, daerah dan ormas.
Cawapes harus mendongkrak elektabilitas capres dengan pernyataan yang memberikan jaminan keadilan kepada seluruh minoritas.
Cawapres justru harus menganulir sikap dan pandangan intolerannya yang diketahui publik, bukan malah menebalkannya dalam kampanye.
Kontestan pemilu harus sadar bahwa 265 juta penduduk adalah warga negara, bukan warga agama, warga aliran dan warga ormas.
Menjadikan keyakinan sendiri dan ujaran kebencian terhadap kelompok lain apalagi menyebut negara sahabat sebagai bahan kampanye adalah harakiri politik.
Dalam sejarah setiap kelompok pernah jadi penindas juga korban. Daulah Fatimiyah diubah jadi Daulah Sunniyah di Mesir setelah genosida lalu Daulah Sunniyah diubah jadi Daulah Safawiyah di Iran. Tak perlu mengggaruk luka masa lalu tak relevan dengan institusi modern yang dibangun di atas kontrak kebangsaan melampaui keyakinan-keyakinan.
Sebagian orang boleh mengaku pandai tentang keyakinannya, tapi bukan semua keyakinan.
Saran-saran untuk Cawapres adalah ekspresi harapan keterpilihan, bukan nyinyir dan sikap tak sopan.