SEDIH DAN BAHAGIA

SEDIH DAN BAHAGIA

Saat sedih bersiaplah bahagia dan sebaliknya. Kala rugi bersiaplah untung dan sebaliknya. Ketika gagal bersiaplah sukses dan sebaliknya. Jika kalah bersiaplah menang dan sebaliknya. Bila bersiap, berusahalah. Bila menolak untuk bersiap, pupuslah potensimu dan lenyaplah semua syarat kosmik untuk transformasi. Itulah akhir siklus dan dinamika.

Konsep Monitas dalam pandangan monisme, bahagia dan sedih juga segala pasangan dalam realitas hanyalah manifestasi-manifestasi atau aneka citra dari satu realitas. Bahagia dan sedih dianggap sebagai manifestasi atau ekspresi dari satu kesatuan yang lebih besar.

Dalam pandangan dualisme, terdapat dua realitas atau substansi yang berbeda, seperti materi dan spiritual. Bahagia dan sedih begitu pula pasangan lainnya dalam realitas dipandang sebagai dua peristiwa yang berbeda dan terpisah dalam realitas. Bahagia dianggap berasal dari aspek yang positif atau spiritual, sedangkan sedih berasal dari aspek negatif atau materi.

Konsep dualitas Yin dan Yang dalam Taoisme merupakan simbol dari dualitas dan keseimbangan dalam alam semesta. Yin yang melambangkan unsur feminin, gelap, dan pasif, berdampingan dengan Yang yang melambangkan unsur maskulin, terang, dan aktif. Yin dan Yang saling berlawanan namun saling melengkapi, dan keseimbangan keduanya merupakan kunci utama dalam menjaga harmoni dan aliran energi dalam alam semesta.

 Dalam pandangan pluralisme, terdapat banyak realitas atau elemen yang dapat melahirkan sesuatu yang baru. Dalam konteks ini, bahagia dan sedih dipandang sebagai hasil dari berbagai interaksi dan hubungan antara elemen-elemen tersebut. Bahagia dan sedih dianggap sebagai hasil dari dinamika kompleks dari elemen-elemen alam semesta yang saling berinteraksi dan menciptakan variasi dalam realitas. Dengan demikian, bahagia dan sedih dipandang sebagai bagian dari keberagaman realitas dan dinamika perubahan yang tak terelakkan.

 Konsep gradualitas dalam Sadraisme, yang menjadi sintesa antara monisme yang menolak keragaman atau pluralisme juga dualisme yang menolak kesatuan, mengajarkan bahwa segala dinamika dan perubahan dalam alam semesta dapat dipahami sebagai transubstansi, artinya semua entitas saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain dalam proses transformasi yang terus menerus.

Dalam konteks ini, gradualisme Sadraisme menekankan bahwa setiap entitas atau fenomena dalam alam semesta merupakan satu eksistensi dengan intensitas dan kualitas berlainan mengikut eksistensi gradual.

Read more