Setelah Tandatangani Kesepkatan dengan AS, Irak Redam Kegelisahan Iran
Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki berupaya meredakan kekhawatiran Iran terhadap proposal kerjasama keamanan AS dengan Irak. Perdana Menteri Nouri al-Maliki menekankan pemerintahnya tidak akan mengijinkan Irak dijadikan lokasi peluncuran serangan bersenjata terhadap Iran.
Ketegasan itu disampaikan oleh al-Maliki saat berada dalam kunjungan kedua kali dalam tahun ini di Iran. Namun, al-Maliki juga akan mengeluhkan kampanye publik Iran menentang kesepakatan keamanan itu sebagai suatu tindakan intervensi terhadap masalah dalam negeri Irak.
Dalam kunjungannya di Iran tersebut, al-Maliki yang menganut aliran Syiah juga akan menyampaikan dugaan pemerintah AS terhadap pendanaan, pelatihan, serta pemasokan senjata oleh Iran terhadap milisi Syiah di Irak. Iran telah membantah tuduhan tersebut dengan menyatakan diri sebagai pendukung keamanan dan stabilitas di Irak.
Iran menentang keras kesepakatan keamanan antara Irak dan AS yang dikhawatirkan dapat mengarah pada terbentuknya pangkalan militer permanen AS di Irak. Iran khawatir pasukan AS dapat menggunakan wilayah Irak untuk melancarkan serangan bersenjata ke Iran. Pekan lalu, politisi terkemuka Iran Akbar Hashemi Rafsanjani menjelaskan kesepakatan itu dapat memperdayai Irak.
Al-Maliki berupaya meredam kekhawatiran itu lewat perundingannya dengan Menteri Luar Negeri IranManouchehr Mottaki Sabtu (7/6) kemarin. Al-Maliki menerangkan tidak akan mengijinkan Irak untuk dijadikan wilayah peluncuran serangan bersenjata yang dapat "membahayakan" posisi Iran.
Kantor berita nasional Iran IRNA melaporkan al-Maliki juga berunding dengan Wakil Presiden Iran Parvis Davoodi Minggu (8/6) ini. Dalam perundingan tersebut, Davoodi menerangkan Iran akan selalu menyampaikan dukungannya terhadap Irak. Sementara al-Maliki menyampaikan harapan Irak terhadap bantuan Iran di berbagai bidang yang mencakup politik, budaya, ekonomi serta pertahanan.