Si sableng dan nyentrik, Pemimpin Libya, Muammar Gadhafi, terpilih menjadi pemimpin Uni Afrika, Senin 2 Februari 2009, dalam pertemuan negara-negara Afrika di Addis Ababa, Ethiopia.
Posisi tersebut sudah lama dinantikan oleh pemimpin eksentrik ini demi mengangkat Libya di mata internasional setelah mengalami isolasi selama bertahun-tahun.
Gadhafi menghadiri sesi pertemuan dengan busana hijau bersulam emas dan dikelilingi oleh tujuh orang berpakaian tidak biasa yang menyebut diri mereka “raja tradisional Afrika”.
Pemimpin berusia 67 tahun itu berkata kepada sekitar dua puluh pemimpin negara Afrika bahwa dia akan menyatukan semua negara di benua Afrika. “Saya kira waktu untuk bekerja serius telah tiba, saat untuk bertindak dan bukan hanya berbicara,” kata Gadhafi.
Beberapa pemimpin Afrika memberikan pujian hangat atas terpilihnya Gadhafi, yang merebut kekuasaan lewat kudeta 1969. Kelompok sayap kanan menyebut Gadhafi sebagai contoh buruk bagi Afrika saat demokrasi kembali ke negara-negara seperti Mauritania dan Guinea.
Gadhafi pernah diasingkan oleh negara-negara Barat karena dianggap mendukung terorisme. Dia berupaya meningkatkan citra negara kaya minyak Libya dan pengaruhnya di kawasan regional.
Libya menjadi mediator negara di Afrika yang terlibat konflik, mendukung upaya untuk menyebarkan Islam di Afrika, dan mendesak pembentukan pemerintahan mandiri Afrika.
Posisi pemimpin Uni Afrika adalah posisi bergilir yang dipegang oleh pemimpin negara di Afrika per satu tahun. Jabatan pemimpin Uni Afrika memungkinkan pemegang jabatan membawa pengaruh bagi Afrika, namun bukan kekuasaan nyata.
Libya belum pernah memegang posisi pemimpin Uni Afrika dalam 46 tahun Uni Afrika dan organisasi pendahulunya, Organisasi Persatuan Afrika. (AP/viva)