Smart Woman or Mrs. Google

Smart Woman or Mrs. Google
Photo by Unsplash.com

cewek-modern.jpg

Ada beberapa stereotype umum yang disepakati perihal “siapakah” wanita modern itu? Dan biasanya, ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

· Tak lelah berusaha mengaktualisasikan diri.

· Ingin sejajar bahkan lebih dari kaum pria. Ia ingin terkesan 'powerful', dan bukan 'housewife'.

· Pantang dibilang konservatif, dan selalu ingin berubah sesuai perkembangan zaman.

· Ingin selalu tampil beda.

· Aktif dalam kegiatan-kegiatan, bahkan sering “turun ke lapangan” karena keingintahuannya yang kuat.

· Selalu menggunakan perangkat, atau gadget yang high-tech dan up to date.

Singkatnya, penampilan dan gaya mereka layaknya para model majalah yang umumnya beredar di negeri ini; baik majalah mode, bisnis ataupun teknologi.

Disamping itu, beberapa ciri khas wanita modern lainnya adalah kesan-kesan seperti:

  • Smart, proaktif dan profesional dalam bekerja.

  • Pintar bahasa Inggris dan lincah olah bahasa tubuh.

  • Trendy, stylish, cool, cantik, langsing, dan bugar dalam penampilannya sehari-hari.

  • Rajin ke pusat kebugaran (gym), minimal seminggu tiga kali. Lalu sebulan sekali, biasanya mengunjungi ‘art event’, seperti pameran lukisan, nonton teater atau bioskop.

  • Pergi berlibur ke tempat-tempat eksotik yang sering dikunjungi oleh para selebritis lokal maupun internasional. Biasanya lokasi-lokasi eksotik ini direkomendasikan oleh majalah-majalah papan atas seperti “life style”, “fashion” atau lainnya.

Walhasil, penampilan atau image adalah hal terpenting bagi mereka di dalam kehidupan, dan hal ini mereka lakukan dari pagi sehingga malam hari.

Akhirnya, akibat adanya tuntutan untuk selalu beradaptasi—baik dalam tingkah laku maupun penampilan—yang disesuaikan dengan zamannya masing-masing, maka para wanita modern malah kehilangan jatidiri mereka yang sebenarnya.

Dalam berbagai keadaan, mereka sering berpura-pura untuk tetap tampil sebagai wanita yang kosmopolitan. Hingga suatu titik, dimana hal itu malah semakin membuat mereka tertekan, kesepian dan stress. Titik balik dari fenomena ini bisa dilihat dari menjamurnya berbagai tempat untuk bermeditasi, seperti yoga dan lain sebagainya. Mereka juga mencoba untuk mencari ketenangan dengan menghadiri seminar-seminar yang menawarkan program untuk “mencari jati diri”, yang secara keseluruhan, menuju kepada pendidikan rohani. Namun ada juga yang pergi ke tempat-tempat kebugaran seperti spa yang menawarkan program “pencerahan” agar seperti baru terlahir .

Sungguh ironis bukan! Di satu sisi, mereka ingin tampil sebagai wanita yang “all out”. Yakni ingin menunjukan kepiawaian mereka di publik dan sanggup menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi saat ini. Namun di sisi lain, mereka justru merasa kesepian saat berada di puncak kemandiriannya. Bahkan terkadang, mereka tak sanggup lagi menyembunyikan hal itu sehingga bila menghadiri seminar atau majelis taklim tertentu, mereka seolah-olah baru saja menemukan kembali jati diri mereka yang hilang.

Beruntunglah para wanita yang dapat merasakan perbedaan itu, sehingga tanpa letih, mereka berupaya untuk menemukan kembali jati diri mereka yang hilang, yakni dengan cara mendalami sisi spiritual pada diri mereka sendiri.

Akan tetapi, banyak juga di antara mereka yang sekedar “latah” sehingga upaya-upaya itu malah membuat mereka semakin terbingungkan dan berakhir tanpa mengetahui siapakah diri mereka yang sebenarnya. Sebagaimana pepatah terkenal di Timur dan Barat yang sebenarnya dikutip dari ucapan sepupu Nabi Muhammad saw, yaitu Ali bin Abi Thalib as: “Barangsiapa mengenal dirinya, menegnal Tuhannya.”

Untuk itu, siapapun yang mengenal dirinya, maka secara otomatis, dia pun akan mengenal Tuhannya. Akibatnya, akan muncul suatu keyakinan di dalam diri bahwa dia telah menemukan ketenangan batin yang dapat menuntun mereka kepada perilaku yang lebih ’smart’ di dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Sebab, siapapun yang telah mencapai tahap-tahap dari penganalan diri sendiri, maka diapun akan mengetahui “how to deal with self“. Tujuan dari pengenalan diri adalah agar seseorang bisa memahami berbagai kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam dirinya, sehingga tidak akan mengambil tindakan-tindakan yang bisa menyakiti diri sendiri.

Apabila seseorang sudah memahami tahap-tahap kesadaran jiwa, maka biasanya, mereka selalu ingin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Saat itu dia akan menyadari bahwa dirinya bukanlah “Mrs. Google” atau “Mrs. Yahoo”, karena dia sadar bahwa seluruh gerak-gerik kehidupannya bergantung kepada Kemurahan dan Kasih Sayang Tuhan. Dia juga meyakini bahwa segala hal yang telah dicapainya saat itu adalah yang terbaik.

Mungkin saja bahwa yang dicapainya saat ini, masih belum sesuai dengan seluruh harapan atau cita-citanya. Akan tetapi, dia juga menyadari bahwa seluruh kehendak dirinya bukan hal yang sempurna, sehingga boleh jadi sebagian dari kehendaknya itu malah akan memberikan dampak buruk atas kehidupannya di kemudian hari.

Hidup kita menjadi lebih sederhana dan indah bila sudah memahami tahap pengenalan diri sendiri. Alasannya, kita dengan mudah akan mampu mengukur kemampuan masing-masing. Dan pada saat yang sama, kita tahu bagaimana cara menempatkan diri agar sesuai dengan posisi yang semestinya di dalam kehidupan. Yakni sebagaimana yang dipandukan oleh Sang Pencipta alam semesta.

Namun kebanyakan dari kita sering keliru di dalam memaknai hubungan antara makhluk dan Sang Pencipta. Bahkan terkadang, kita sering memposisikan Tuhan agar Dia mematuhi segala kehendak dan harapan-harapan kita. Kita sering menganggap Tuhan seperti si penghuni lampu Aladin yang “make a wish”, lalu “simsalabim”, maka segala keinginan kita pun harus segera dikabulkan.

Tidakkah kita menyadari bahwa kitalah yang seharusnya menjadi hamba-Nya, dan bukan malah sebaliknya.

Di sini, jelas bahwa yang sebenarnya ingin dicari adalah diri mereka sendiri yang sudah lama mereka lupakan dan hampir-hampir mereka tidak mengenalinya lagi , karena mereka sibuk mencari sesuatu yang fatamargona yang terpental jauh dari ajaran Nabi saw dan keluarganya as.

Wanita adalah makhluk yang dimuliakan Allah swt, sehingga segala perilakunya haruslah terjaga. Sebenarnya, kedudukan kaum wanita dengan kaum pria itu sejajar. Sebab, wanita adalah partner kaum pria, dan mereka harus saling bermitra dan bukan malah bersaing seperti yang sering disalah artikan oleh kelompok-kelompok yang mengaku sebagai bagian dari umat Muhammad saw.

Dengan penjelasan ini, sudah selayaknya kita menyadari bahwa mereka sebenarnya “going nowhere” dan dijamin, akan berakhir dengan “uncertainty” alias ketidakpastian, rasa hampa dan tidak memahami tujuan hidup.

Aneh memang, apabila barang mereka hilang, maka mereka akan sibuk untuk mencarinya, sehingga seluruh tenaganya dikerahkan untuk mendapatkannya kembali. Akan tetapi, apabila jati dirinya yang hilang, maka mereka seolah-olah tidak peduli. Bahkan sampai-sampai ada yang lupa diri, sehingga banyak di antara mereka yang harus mengunjungi “shrink”untuk mendapatkan perawatan medis.

Apa yang dianjurkan Islam dari seorang wanita sebenarnya sangat sederhana, yaitu agar kaum wanita menjaga kehormatan diri dengan sebaik-baiknya, yakni sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan salah satu cara itu adalah dengan berpakaian sesuai panduan al-Qur’an, dan bukan ala Barat atau Timur.

Sadarkah bahwa cara kita berpakaian, berdandan dan bertingkah laku sangat saat ini telah dipengaruhi oleh budaya bangsa Barat alias westernize yang sebenarnya tidak berhubungan dengan modernitas. Sayidina Ali bin Abu Thalib as dalam Nahjul Balaghah berkata, “Akal yang sempurna adalah akal yang taat kepada Sang Pencipta, barang siapa yang melanggar aturan-Nya, maka jelaslah bahwa akalnya itu lemah.”

Singkatnya, smart woman adalah mereka yang menggunakan akalnya untuk berpikir,merenungi makna dan nilai kehidupan, dan bukan yang semata-mata meniru serta berpenampilan ala wanita barat.

Untuk itu, wanita yang berpendidikan dan mampu mengikuti perkembangan zaman (modern woman) adalah para wanita yang patuh dan taat kepada perintah-Nya.

Ironisnya, sebagian dari mereka hanya berbusana muslimah apabila menghadiri acara-acara khusus di majelis-majelis taklim atau mesjid-masjid. Padahal di saat yang sama, mereka mengakui dan mempercayai bahwa Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat Tuhan Yang Mahasuci.

Tidakkah kita selayaknya menyadari bahwa di dalam Al-Qur’an, Allah swt telah mengatur tata cara manusia berperilaku, termasuk berpakaian? Dan secara tegas, Al-Qur’an mewajibkan kaum Muslimah untuk berpakaian sesuai yang dijelaskan Allah swt.

Apabila kita percaya dan konsekuen dengan yang disampaikan Al-Qur’an, maka kita seharusnya mematuhi rambu-rambu tersebut, sebagaimana kita mematuhi peraturan di kantor yang ditetapkan oleh para pemiliknya. Namun seringkali kita merasa takut terkena skors di kantor apabila kita melanggar salah satu aturannya. Tapi anehnya! Kita dengan santai melanggar dan bahkan mengabaikan perintah Tuhan yang memberikan kehidupan dan rezeki-Nya kepada kita secara tidak terbatas. Bahkan rezeki kantor kita pun bergantung kepada Karunia dan Rahmat Allah swt.

Apa gerangan yang terjadi dengan para wanita muslimah saat ini? Tidakkah kita selayaknya menyadari bahwa selama ini, kita mendapatkan limpahan nikmat dari Tuhan semesta alam? Akan tetapi, pernahkah kita mensyukuri hal itu?

Cobalah bandingkan bila kita diberi bonus atau hadiah dari seseorang, maka kita akan berusaha untuk mengucapkan terima kasih dengan berbagai cara, bahkan sering kali “para wanita zaman modern” saat ini mengucapkan terima kasih dengan cara “pika-piki” atau langsung memuji-muji segala kebaikannya! Rasionalkah cara berpikir dan tindakan kita selama ini?!

Sudahkah kita berterima kasih dan mensyukuri segala nikmat Allah swt yang diberikan-Nya setiap saat itu?

Dengan demikian, sangat jelas bahwa sebaik-baik wanita adalah yang senantiasa berupaya untuk menjaga kehormatannya, karena dari wanita solehah inilah akan lahir para pemimpin yang berakhlak mulia.

Bayangkan jika para wanita muslimah dinegeri kita patuh dan taat kepada perintah-Nya? Barangkali negeri ini tidak akan menjadi seperti yang kita lihat saat ini?

Berjuanglah untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya…

Cintailah Tuhan, karena dengan mencintai-Nya, maka niscaya… cinta kita tidak bertepuk sebelah tangan! (tulisan Ema Rachman dengan sedikit penyelarasan)

Read more