Skip to main content

Teologi dan doktrin yang memberikan posisi subordinat kepada perempuan sebagai pelayan laki dalam arena interaksi sosial di rumah dan di luar telah mengakar lama hingga justru banyak perempuan menerimanya secara “ikhlas” dan menjadikan “sabar” juga “tabah” sebagai deposito pahala.

Mungkin karena “terlalu rejilius” sebagian perempuan menganggap pekerjaan domestik seperti memasak dan semacamnya sebagai ibadah khusus wanita dan kewajiban istri, bahkan melukiskan dapur sebagai mihrab alternatif.

Maskulinisme tidak hanya menjangkiti sebagian pria karena mindset patriarki, tapi juga dianut oleh sebagian wanita karena mindset fatalisme dan relijiusitas purba.

“Istri solehah” menjadi semacam cek kosong atau kotak saran yang terbuka bagi aneka definisi bergantung kepada pola pikir, doktrin dan kepentingan gender.

Menurut mazhab sinetron, dia adalah wanita berjilbab yang lembut, bersabar sambil munajat menangis di atas sajadah bila dizalimi dan tetap “senyum tawakal”.

“Suami solehah” adalah yang menjelang tidur memberikan laporan lengkap semua kegiatan kepada “istri soleh”, termasuk menyerahkan pin kartu atm, password email dan hp tanpa menghapus history chat.