Ssst...Obama Mulai Merapat ke Loby Yahudi
“Presiden Amerika Serikat haruslah seorang pembela Israel tanpa reserve”. Adagium ini tampaknya dipahami betul oleh seorang Barack Obama, senator Demokrat yang juga kandidat presiden.
Dengan semakin dekatnya pertarungan tiga kandidat Demokrat (Barack Obama, Hillary Clinton, dan John Edward), Obama mulai gencar menjajakan pernyataan-pernyataan pro-Zionisnya, termasuk baru-baru ini dengan menyatakan bahwa bangsa Palestina harus menafsirkan ulang “Hak Pulang” mereka demi mempertahankan Israel sebagai negara Yahudi.
Dibandingkan dengan dua kandidat lainnya, Obama dipandang banyak kalangan Yahudi Amerika terlalu dingin terhadap isu-isu yang menjadi kepentingan Israel. Sebuah survei oleh The American Jewish Community menunjukkan bahwa Obama adalah kandidat Demokrat yang paling tidak disenangi komunitas Yahudi di Amerika.
Mungkinkah hasil survei itu yang mendorong Obama untuk mulai tancap gas? Tidak ada yang tahu. Namun pastinya, beberapa pekan terakhir, Obama berupaya keras menarik perhatian komunitas Yahudi-Amerika dengan pernyataan-pernyataannya yang mendukung kebijakan Zionis-Israel.
Dalam sebuah forum yang diselenggarakan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), sebuah kelompok lobi pro-Israel ternama, Obama berjanji akan mempromosikan sebuah undang-undang yang akan melegalisasi penarikan dana dari perusahaan-perusahaan yang melakukan hubungan dagang dengan Iran. Dan minggu lalu, di Des Moines, Iowa, dalam sebuah forum kebijakan luar negeri, Obama sekali lagi berbicara pro-Israel:
“Saya akan mulai dengan prinsip bahwa Israel adalah sekutu kuat kita dan keamanan mereka tidak bisa dikompromikan. Saya juga akan mulai dengan prinsip bahwa…apa yang baik bagi keamanan Israel adalah solusi dua-negara yang mengizinkan orang Palestina untuk hidup di negara mereka sendiri dan orang Israel untuk mempertahankan keamanan negaranya.”
“…Ini berarti bahwa Palestina harus menafsirkan ulang prinsip “Hak Pulang” agar dapat menjaga (status) Israel sebagai sebuah negara Yahudi. Ini mungkin akan meliputi kompensasi dan konsesi-konsesi lainnya dari Israel tetapi pada akhirnya Israel tidak akan menyerahkan negaranya.” (irm/icc-jakarta.com)