STIGMA SYIAH

STIGMA SYIAH
Photo by Unsplash.com

Setelah kampanye gencar penyesatan Syiah para agen bayaran Saudi mengira masyarakat umum sudah terpengaruh dan membenci Syiah tanpa perlu berdialog.

Langkah berikutnya adalah menguatkan kebencian yang tertanam dengan membagi manusia dalam dua kelompok, yaitu Syiah dan yang mengkafirkan Syiah dengan harapan tak ada yang berani mengambil risiko membela kemusliman Syiah.

Langkah selanjutnya adalah mengunci gerak setiap tokoh yang mendukung toleransi dan memblokade opininya dengan menganggapnya Syiah.

Hampir semua tokoh intelektual, pejabat dan ulama juga pegiat media sosial yang dikenal sebagai penentang khilafah dan radikalisme pernah di-syi'ah-kan, termasuk Ketua Umum PBNU yang kini sudah digantikan, ahli tafsir terkemuka, mantan ketua umum Muhammadiyah bahkan kandidat presiden yang kini jadi presiden.

Kini seorang aktivis anti radikalisme yang mendadak tenar dicap Syiah oleh para radikalis demi membendung sebaran pengaruhnya yang kian meluas. Padahal dia hanya mewakili pandangannya sendiri dan tidak menyatakan diri sebagai penganutnya.

Berkat stigmatisasi Syiah terhadapnya masyarakat dan Pemerintah sadar bahwa setiap orang yang menentang intoleransi dituduh Syiah, sekaligus sadar bahwa setiap penganut Syiah dan yang dicap Syiah adalah orang yang berjiwa nasionalis, mengimani kesetaraan, menentang khilafah dan memegang teguh Pancasila.

Kalau memperhatikan banyaknya orang yang dicap Syiah oleh komplotan penyensor basmalah dalam Quran ini, jumlah Syiah mungkin mendekati mayoritas.

Read more