SUBJEKTIVITAS SEMUA PENGETAHUAN DAN ABDURDITAS SAINTISME ATEIS

SUBJEKTIVITAS SEMUA PENGETAHUAN DAN ABDURDITAS SAINTISME ATEIS
Photo by Unsplash.com

Apa yang dimaksud dengan pengetahuan juga sains? Apakah keduanya adalah sesuatu yang konkret, fisikal dan objek yang tunduk kepada observasi empiris? Apakah ia bertempat, bermassa, dan berforna atom? Bisakah ia dibeli di pasar seperti tempe, ponsel dan mobil?

Bukankah pengetahuan juga sains yang menjadi "tuhan" bagi para saintis tak pernah menjadi sesuatu yang objektif? Bukankah ia hanya bisa dipahami melalui tanda-tanda bahasa dan simbol-simbol rumus? Bukankah "pengetahuan" adalah frasa yang diucapkan dan ditulis demi mengungkap teori dan hukum yang tak ada fakta objektifnya? Apakah ia tersimpan dalam otak bercampur dengan darah dan syaraf, atau tersimpan dalam slot hard disc komputer atau dalam tumpukan kertas buku? Apakah"sains" adalah enitas saintifik yang bisa ditangkap dengan teleskop dan mikroskop?

Para saintis ateis gagal membedakan pengetahuan dengan objek yang diketahui, buta subjek dan objek dan keburu ejakulasi dengan "objektif" tanpa menyadari subjektif sebagai pasangan niscaya.

Apapun sebutannya, ia bersemayam dalam subjek, dalam diri orang yang merasa terkoneksi dengan sesuatu apapun yang menjadi objek pengetahuannya, terutama dirinya sendiri. Subjek diri adalah subjek pengetahuan sekaligus objek pengetahuan. Ia sangat subjektif dan takkan pernah bisa dijangkau oleh indera dan karenanya bukan empiris. Ia bahkan sesuatu yang bisa dikonsepsikan, karena konsep justru merupakan produk dan akibatnya. Ia mendahului konsepsi dan semua pengetahuan tentang apapun. Itulah pengetahuan nir konsep. Ia lebih tepat disebut kesadaran. Ia tidak bisa dipahami namun hanya bisa dialami.

Pengetahuan subjektif (kesadaran subjek tentang subjektivitas dirinya) yang dialami secara primordial oleh setiap orang inilah yang menjadi dasar pengetahuan subjek tersebut tentang selain subjek (objek). Sefundamental itu posisi pengetahuan subjektif ini, semua pengetahuan tentang objek (yang semula dianggap pengetahuan pasti, eksakta) merupakan hasilnya.

Siapapun, termasuk yang mengakui ateis dan teis, mengalami kesadaran atau pengetahuan "maha subjektif" ini. Ia adalah sebuah pengalaman non empiris, tidak saintifik dan tentu tidak terjangkau oleh indera. Ia ideal, metafisik, simple dan impersonal.

Pengetahuan Objektif

Pengetahuan objektif bermacam dua; A. Pengetahuan Universal, yaitu sebutan bagi konsep yang bisa berlaku atas banyak entitas dalam fakta, seperti pengetahuan tentang esensi manusia yang berlaku atas Agus dan Siska. Inilah yang bisa disebut pengetahuan intelektual (ilm aqli) atau inteleksi (ta'aqaul). B. Pengetahuan Partikular, yaitu sebutan bagi sesuatu yang tidak berlaku atas ragam entitas.

Pengetahuan partikular bermacam dua; A. Pengetahuan partikular sensual tentang sebuah entitas personal (tertentu) sebagai akibat penginderaan (sensasi) atau kontak fisikal motorik dengan bagian fisikalnya, seperti pengetahuan tentang sebuah sosok manusia dengan semua ciri khasnya yang berada depan Anda saat ini sebagai akibat dari kontak dengan tubuhnya melalui pengelihatan atau penginderaan lainnya; B. Pengetahuan partikular imajinal, yaitu pengetahuan tentang sebuah sosok manusia yang telah terinderakan dan tak lagi diinderakan namun dibayangkan saat tak berada depan Anda saat ini.

Dengan kata lain, pengetahuan sensual (inderawi) disebut partikular karena hanya berlaku atas sebuah objek personal karena ia adalah produk penginderaan yang hanya menjangkau objek personal. Pengetahuan imajinal (khayali) disebut partikular karena ia adalah jenis pengetahuan tentang objek personal yang diserap dari pengetahuan sensual.

  1. Karena domain aktulisasinya adalah mental, maka setiap pengetahuan adalah entitas idel dan abstrak.
  2. Karena pengetahuan adalah entitas ide dan abstrak (yang tak berbenda), maka ia tak mengalami perubahan meski objek konkretnya berubah.
  3. Karena berupa konsep yang bersemayam dalam mental) tak berubah, maka pada dasarnya setiap pengetahuan bisa berlaku atas banyak objek. Namun karena pengetahuan sensual dan pengetahuan imajinal terhubung dengan objek personal yang dijangkau dengan sarana konkret, maka keduanya tidak berlaku atas selain objek yang diinderakan lalu dibayangkannya. Artinya, semua pengetahuan bila tak dihubungkan dengan objek konkret dan fisikal adalah entitas abstrak dan impersonal alias universal.
  4. Andaikan pengetahuan adalah entitas konkret dan tercetak pada objek fisikal objek, maka mestinya pengetahuan terbagi secara fisikal, bertempat dan sebagainya sesuai hukum materi. Faktanya, pengetahuan tak bisa dibagi sebagaimana kayu, batu dan benda lainnya.

Dari uraian di atas, dipahami bahwa eksistensi meliputi tiga realitas universal; a) realitas konkret yang merupakan arena materi dan potensi; b) realitas interval, yang merupakan arena eksistensi bagi entitas yang terpisah dari materi namun menerima efek-efeknya; c) realitas intelektuak, yaitu arena eksistensi bagi semua entitas abstrak murni, yang disebut aql atau intelek.

Subjektivitas Pengetahuan

Lalu apa yang dimaksud dengan pengetahuan juga sains? Apakah keduanya adalah sesuatu yang konkret, fisikal dan objek yang tunduk kepada observasi empiris? Apakah ia bertempat, bermassa, dan berforna atom? Bisakah ia dibeli di pasar seperti tempe, ponsel dan mobil?

Bukankah pengetahuan juga sains yang menjadi "tuhan" bagi para saintis tak pernah menjadi sesuatu yang objektif? Bukankah ia hanya bisa dipahami melalui tanda-tanda bahasa dan simbol-simbol rumus? Bukankah "pengetahuan" adalah frasa yang diucapkan dan ditulis demi mengungkap teori dan hukum yang tak ada fakta objektifnya? Apakah ia tersimpan dalam otak bercampur dengan darah dan syaraf, atau tersimpan dalam slot hard disc komputer atau dalam tumpukan kertas buku? Apakah"sains" adalah enitas saintifik yang bisa ditangkap dengan teleskop dan mikroskop?

Para saintis ateis gagal membedakan pengetahuan dengan objek yang diketahui, buta subjek dan objek dan keburu ejakulasi dengan "objektif" tanpa menyadari subjektif sebagai pasangan niscaya.

Apapun sebutannya, ia bersemayam dalam subjek, dalam diri orang yang merasa terkoneksi dengan sesuatu apapun yang menjadi objek pengetahuannya, terutama dirinya sendiri. Subjek diri adalah subjek pengetahuan sekaligus objek pengetahuan. Ia sangat subjektif dan takkan pernah bisa dijangkau oleh indera dan karenanya bukan empiris. Ia bahkan sesuatu yang bisa dikonsepsikan, karena konsep justru merupakan produk dan akibatnya. Ia mendahului konsepsi dan semua pengetahuan tentang apapun. Itulah pengetahuan nir konsep. Ia lebih tepat disebut kesadaran. Ia tidak bisa dipahami namun hanya bisa dialami.

Pengetahuan subjektif (kesadaran subjek tentang subjektivitas dirinya) yang dialami secara primordial oleh setiap orang inilah yang menjadi dasar pengetahuan subjek tersebut tentang selain subjek (objek). Sefundamental itu posisi pengetahuan subjektif ini, semua pengetahuan tentang objek (yang semula dianggap pengetahuan pasti, eksakta) merupakan hasilnya.

Siapapun, termasuk yang mengakui ateis dan teis, mengalami kesadaran atau pengetahuan "maha subjektif" ini. Ia adalah sebuah pengalaman non empiris, tidak saintifik dan tentu tidak terjangkau oleh indera. Ia ideal, metafisik, simple dan impersonal.

Pengetahuan Objektif

Pengetahuan objektif bermacam dua;

A. Pengetahuan Universal, yaitu sebutan bagi konsep yang bisa berlaku atas banyak entitas dalam fakta, seperti pengetahuan tentang esensi manusia yang berlaku atas Agus dan Siska. Inilah yang bisa disebut pengetahuan intelektual (ilm aqli) atau inteleksi (ta'aqaul).

B. Pengetahuan Partikular, yaitu sebutan bagi sesuatu yang tidak berlaku atas ragam entitas.

Pengetahuan partikular bermacam dua;

A. Pengetahuan partikular sensual tentang sebuah entitas personal (tertentu) sebagai akibat penginderaan (sensasi) atau kontak fisikal motorik dengan bagian fisikalnya, seperti pengetahuan tentang sebuah sosok manusia dengan semua ciri khasnya yang berada depan Anda saat ini sebagai akibat dari kontak dengan tubuhnya melalui pengelihatan atau penginderaan lainnya;

B. Pengetahuan partikular imajinal, yaitu pengetahuan tentang sebuah sosok manusia yang telah terinderakan dan tak lagi diinderakan namun dibayangkan saat tak berada depan Anda saat ini.

Dengan kata lain, pengetahuan sensual (inderawi) disebut partikular karena hanya berlaku atas sebuah objek personal karena ia adalah produk penginderaan yang hanya menjangkau objek personal. Pengetahuan imajinal (khayali) disebut partikular karena ia adalah jenis pengetahuan tentang objek personal yang diserap dari pengetahuan sensual.

Kesimpulannya:

  1. Konsep dan pengetahuan tentang apapun adalah entitas ideal, abstrak dan non empiris.
  2. Tak ada pengetahuan yang semata-mata objektif tanpa pasangan subjektif.
  3. Dalam hierarki pengetahuan, pengetahuan objektif, yang empiris dan lainnya, secara vertikal adalah pengetahuan subjektif.
  4. Karena domain aktulisasinya adalah mental, maka setiap pengetahuan adalah entitas idel dan abstrak.
  5. Karena pengetahuan adalah entitas ide dan abstrak (yang tak berbenda), maka ia tak mengalami perubahan meski objek konkretnya berubah.
  6. Karena berupa konsep yang bersemayam dalam mental) tak berubah, maka pada dasarnya setiap pengetahuan bisa berlaku atas banyak objek. Namun karena pengetahuan sensual dan pengetahuan imajinal terhubung dengan objek personal yang dijangkau dengan sarana konkret, maka keduanya tidak berlaku atas selain objek yang diinderakan lalu dibayangkannya. Artinya, semua pengetahuan bila tak dihubungkan dengan objek konkret dan fisikal adalah entitas abstrak dan impersonal alias universal.
  7. Andaikan pengetahuan adalah entitas konkret dan tercetak pada objek fisikal objek, maka mestinya pengetahuan terbagi secara fisikal, bertempat dan sebagainya sesuai hukum materi. Faktanya, pengetahuan tak bisa dibagi sebagaimana kayu, batu dan benda lainnya.

Dari uraian di atas, dipahami bahwa eksistensi meliputi tiga realitas universal; a) realitas konkret yang merupakan arena materi dan potensi; b) realitas interval, yang merupakan arena eksistensi bagi entitas yang terpisah dari materi namun menerima efek-efeknya; c) realitas intelektual, yaitu arena eksistensi bagi semua entitas abstrak murni, yang disebut aql atau intelek.

Read more