Skip to main content

Sebagai respon terhadap meluasnya wahabisme di dunia Islam yang dengan kedok Ahlussunnah Wal Jamaah menyebarkan doktrin pengkafiran, pensesatan, pensyirikan dan pembid’ahan serta mendorong kekerasan dan aksi-aksi teror di dunia Islam, beberapa waktu lalu telah dilaksanakan konferensi internasional Ahlussunnah wal Jamaah.

Hasil gambar untuk konferensi ahlussunnah waljamaahKonferensi ini merupakan titik balik yang menjadi berkah untuk meluruskan penyimpangan berbahaya yang mencemari nama “Ahlussunnah Wal Jamaah” setelah berbagai upaya pencatutan kalangan ektremis terhadap istilah ini dan membatasinya hanya pada diri mereka serta mengafirkan umat Islam lainnya.

Salah satu capaian penting konferensi tersebut memberikan definisi tegas tentang Ahlussunnah. Para ulama terkemuka Ahlussunnah dari pelbagai penjuru dunia yang hadir dalam pertemuan akbar itu bersepakat menetapkan definisi dan kriteria Sunni sejati, yaitu adalah Al Asya’irah dan Al Maturidiyah dalam akidah, empat mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali dalam fikih, serta ahli tasawuf yang murni.

Dengan demikian, wahabisme dan derivatnya secara resmi dianggap sebagai “penumpang gelap” Ahlussunnah.

Konferensi internasional yang berlangsung di Grozny ini memberikan rekomendasi sebagai berikut:

  1. Membuat channel TV di Rusia untuk menyampaikan citra Islam yang benar kepada masyarakat dan memerangi ekstremisme dan terorisme.
  2. Memberikan kepedulian dan perhatian kepada berbagai media sosial, dan mengerahkan kemampuan dan keahlian yang diperlukan untuk ikut mewarnai dan memberikan dampak yang kuat di media-media tersebut.
  3. Membangun Pusat Ilmiah yang kuat di Republik Chechnya untuk memantau dan mempelajari aliran-aliran kontemporer dan konsep-konsepnya, dan membuat data terpercaya untuk membantu membantah dan mengkritik secara ilmiah terhadap pemikiran ekstrem dan berbagai wacananya. Dan para hadirin di Muktamar mengusulkan pusat ilmiah ini bernama “Tabshir” (pencerahan).
  4. Menyadarkan kembali berbagai lembaga pendidikan Islam yang besar akan jati dirinya, sejarah dan metodologi pendidikan mereka yang otentik dan klasik, dan kembali mengajarkan lingkaran ilmu pengetahuan yang integral, yang dapat melahirkan para ulama yang mampu membimbing umat, membantah berbagai fenomena penyimpangan pemikiran, dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan perdamaian, serta menjaga tanah air.
  5. Meningkatkan kerjasama antara berbagai lembaga pendidikan yang bergengsi, seperti Al-Azhar asy-Syarif, Al-Qarawiyyin, Zaitouna, dan Hadhromaut serta pusat-pusat ilmu pengetahuan dan penelitian, dengan lembaga-lembaga keagamaan dan ilmiah di Federasi Rusia.
  6. Membuka sistem belajar-mengajar jarak jauh untuk menyebarkan ilmu yang benar, di mana sistem itu akan dapat melayani orang-orang yang ingin belajar namun terkendala pekerjaan mereka dari mengikuti pendidikan secara formal.
  7. Memberikan saran kepada pemerintah akan pentingnya mendukung lembaga-lembaga keagamaan dan instansi-instansi pendidikan yang moderat, dan memperingatkan akan bahaya apa yang dilakukan beberapa pemerintah yang bermain kebijakan dengan mengadu domba wacana keagamaan dengan wacana yang lain. Karena itu justru akan semakin menambah kecemasan masyarakat, dan memecah persatuan mereka.
  8. Merekomendasikan kepada Pemerintah untuk membuat perundang-undangan yang mengatur tentang sanksi atas penyebaran kebencian, saling memfitnah, dan perselisihan antar kelompok, serta pelanggaran lain di tempat yang suci.
  9. Merekomendasikan instansi-instansi Ahlussunnah yang besar – Al-Azhar dan semisalnya- untuk memberikan beasiswa bagi muslim Rusia yang ingin belajar ilmu-ilmu syariat.