Skip to main content

Islam itu universal melampaui suku dan budaya apapun. Tidak perlu pengulangan klarifikasi soal itu karena sangat jelas bagi yang berakal.

Penegasan bahwa agama melampaui budaya tidak berarti meremehkan atau mengunggulkan budaya tertentu karena ia adalah fundamen peradaban.

Pengidentikan Islam dengan budaya lokal Arab jelas menafikan universalitasnya yang mencakup “alamin” (seluruh penghuni alam).

Tapi menurut saya, ada 2 kategori budaya yang perlu dibedakan; budaya etnik yang partikular dan budaya agama itu yang universal.

Sulit rasanya menolak budaya relijius yang universal. Secara fenenologis, setiap agama hadir dengan ciri geografis yang melingkupinya.

Secara sosiogeografis, agama-agama bisa dibagi 2; agama-agama jalur sutra (Budha, Hindu, Zoroaster dll) lahir sebagai budaya lokal yang mengglobal.

Agama-agama Yerussalem; dapat Yudaisme (Yahudi), Kristen dan Islam secara kultural dan sosilogis memiliki karakteristik yang agak sama.

Agama-agama jalur sutera berciri dominan esitetik moral. Agama-agama Yerusalem berciri dominan eksotetik legal formal.

Sebagian menyebut agama-agama esotetik sebagai “agama kebijaksanaan” dan agama-agama eksoterik sebagai “agama kenabian”.

Meski agama secara fenomologis adalah budaya universal karena misinya melewati batas tanah dan darah, ia tidak menafikan budaya partikular.

Salah satu bukti keterikatan agama secara fenomenologis dengan budaya lokal (yang kemudian mengglobal) adalah bahasa kitab-kitab suci.

Bukti lainnya adalah ritus-ritus agama-agama baik samawi maupun ardhi menggunakan bahasa pendiri agama masing-masing. Karena itu Budha identik dengan Cina, Hindu dengan India, Zoroaster dengan Persia, Yudaisme dan Kristen identik dengan Yahudi dan Islam identik dengan Arab.

Secara fenomenologis juga dapat disimpulkan ada 2 macam budaya; budaya agama dan budaya lokal, seperti budaya Islam dan budaya Arab.

Ada pula budaya Hindu yang menjadi universal dan budaya partikular etnik lokal India. Demikian pula agama-agama lainnya.

Harus dibedakan budaya Islam yang universal dari budaya Arab yang partikular. Wahabisme adalah sekte Islam dengan budaya Arab.

Dengan kata lain, budaya universal agama bisa diterima. Sedangkan budaya khas Arab tidak bisa dianggap bagian dari agama.

Meski budaya khas Arab tidak bisa dianggap bagian dari Islam, kita tidak patut meremehkannya karena faktanya kita terima sebagian budaya Barat.

Yang pasti, Islam dan agama apapun meski datang dengan budaya universal tidak menafikan budaya lokal yang beragam di setiap daerah.

Islam yang disebarkan dengan menerjang budaya lokal seperti yang terjadi di Spanyol dan Persia menghadapi resistensi.

Islam yang pertama kali diperkenalkan di Nusantara trutama Jawa adalah ajaran-ajaran yang telah berakulturasi dan  beradaptasi dengan tradisi India.

Begitu juga Islam yang diperkenalkan saudagar-saudagar Persia dan  Cina. Karena itu, ia diterima dengan mudah dan landing di Nusantara dengan mulus.

Andai yang memperkenalkan pertama X adalah pendakwah-pendakwah wahabi dari Arab, yang mensyirikkan penghormatan leluhur, pasti tertolak.

Menurut para sejarawan, Islam yang pertama masuk ke Nusantara bercorak esoterik yang justru mengapresiasi budaya lokal.

Islam yang membawa ajaran Wahdatul Wujud dan penghormatan kepada keluarga Nabi itulah yang diterima di Jawa dan Nusantara.

Ajaran tasawuf yang matarantainya berujung pada Sayyidina Ali itulah yang dibawa para sufi dari Gujarat dan Persia.

Karena itu, Islam Indonesia punya karakteristik unik yang berbeda dengan Islam di Timur Tengah dan wilayah lainnya.

Selama beberapa abad Islam di Nusantara bercorak kebatinan (sufi) yang mengutamakan kebersihan hati dan ajaran-ajaran moral.

Yang kedua kali dibawa oleh pendakwah-pendakwah dari Yaman ke Nusantara adalah Islam formal dengan ajaran kalam Asyari dan fikih Syafii.

Islam formal ini mudah diterima karena basis Islam mistik telah terpancang. Ajaran-ajaran kalam Asyari dan fikih Syafii menjadi penyempurna.

Sejak itulah Islam di Nusantara mengalami transormasi utuh dari kultural yang bercorak kesyiahan ke formal yang bercorak Sunni.

NU adalah ejawantah dari kombinasi kultur Syiah dan kalam dan  fikih Sunni. Karena itulah, Gus Dur bilang, NU secara kultural itu Syiah.

Karena itu Islam Indonesia berbeda dengan Islam di belahan dunia lain karena menjadi titik temu 2 pusaka peradaban Islam.

Islam yang ke-3 kali diperkenalkan ke Indonesia. Inilah sekte agresif yang menistakan budaya lokal dengan pensyirikan dan  pembidahan.

Inilah ajaran berwatak gurun pasir yang mengkafirkan semua Muslim dan mensyirikkan ritual umat Islam dan membidahkannya.

Ajaran ini dikelola dengan pendanaan petrodolar yang berlimpah seraya memakai kedok Salaf lalu Sunni asli lalu satu-satunya Islam.

Sekte horor ini semula hanya teriak-teriak mensyirikkan ziarah, tahlil dan ritual NU lalu merampas masjid-mesjid lalu melakukan teror.

Inilah rahim bagi bermacam kelompok intoleran, radikal dan sadis yang ingin menjadikan umat Islam dibawah kepemimpinan yang kaku.

Umat Islam di seluruh dunia sdengan menghadapi bahaya serius. Aksi-aksi sadis kelompok-kelompok ini mencoreng wajah santun Islam.

Umat Islam Indonesia jadi target ekspansi intensif sebuah sekte buas yang bercita-cita melakukan “pemurnian Islam” alias pengkafiran ini.