TABLIG DAN DAKWAH
Agama di era ultra modern ini tetap diperlukan bukan sebagai sistem kehidupan sosial karena dianggap irrelevan, tapi sebagai salah satu fitur gaya hidup. Karena itulah, agama dipisahkan dari domain pengetahuan yang terus dijaga serta dipatuhi sistem dan otoritasnya.
Faktanya sebagian besar ajaran agama diperdebatkan oleh para pemuka agama dan umat-umat penganutnya hingga mengakibatkan konflik demi konflik antar umat ragam agama juga antar umat seagama. Ia bukan saja tak menjadi solusi tapi menjadi sumber problem.
Bila tak diperselisihkan, ajaran agama diceramahkan. Namun faktanya adalah sebagai berikut :
- Sebagian besar kontennya sudah diketahui akibat pengulangan.
- Tersedianya akses informasi tentang itu yang lebih lengkap, rinci dan sistematis ketimbang disampaikan mudah diperoleh.
- Sebagian konten ceramah merupakan tema-tema moral yang bisa dan telah dipahami dengan akal sehat semua orang lintas agama. Jadi tak perlu dibatasi seolah itu ajaran khas sebuah agama yang hanya layak disampaikan oleh agamawan.
- Masyarakat modern makin kritis sehingga lebih memilih diajak berpikir dan menentukan pilihannya ketimbang diarahkan, diperintahkan dan digertak dengan teks tanpa konteks.
- Sebagian besar ceramah agama yang berisikan nasihat dan anjuran bertujuan memperbaiki perilaku umat. Padahal itu hanya bisa terjadi bila diawali dengan pembenahan pikiran.
- Sebagian besar ceramah agama adalah instruksi, mobilisasi dan komando.
Mestinya agama disebarkan dalam dua tahap berurutan, yaitu tahap tabligh (yang secara etimologis berarti penyampaian) sebagai proses argumentasi, kemudian tahap dakwah (yang secara etimologis berarti mengajak) sebagai proses persuasi