TAK ADA UJUNG JALAN
Setelah cukup lama membiarkan kaki berjalan tanpa seutas cita-cita melintasi etape demi etape hidup, mungkin sebagian orang merasa perlu menghentikan langkah di persimpangan jalan lalu menoleh ke belakang dan mengedarkan pandangan ke semua arah kemungkinan di hadapannya sambil mengukur stamina dan membayangkan jarak hingga ujung jalan dengan segala risiko dan hambatannya.
Dia boleh dan bisa mengambil keputusan menentukan arah, namun tetap saja alam punya keputusannya sendiri. Kehendak tak cukup kuat untuk mengubah arah. Ia hanya bisa memilih arah seraya menebak misteri di dalamnya.
Karena berhenti berarti absurditas, melanjutkan langkah, ke manapun arahnya, adalah kemestian. Teka teki akan terus membayangi pikirannya, sementara stamina dan kecepatan langkahnya kian berkurang.
Di jalan itu dia tak sendirian. Aneka kejutan mengiringi desah napasnya. Ada yang melenggang ringan. Ada yang memaksa diri terseok-seok. Ada yang tersungkur di belakang juga tergeletak di samping, bahkan terkulai di depan.
Tak ada tempat sejati bernama ujung jalan. Yang ada hanyalah ujung perjalanan. Itulah ujung jalan. Setiap pelintas “memilih” ujung perjalanannya sendiri. Hidup kadang terlihat laksana rolet. Berdamailah dengan itu. Enjoy your life. Selamat Tahun Baru.