TAK MEMUJI ALI

TAK MEMUJI ALI
Photo by Unsplash.com

Semua ucapan Nabi tentang keistimewaan Ali bukanlah pujian karena dia tak memerlukannya tapi arahan untuk mengikutinya. Kecintaan vertikal hanyalah bermakna kepatuhan.

Kepatuhan kepada yang telah wafat hanya bisa terjadi bila mengikuti jalannya dan melaksanakan ajarannya.

Mekaksanakan ajarannya hanya terjadi bila meninggalkan ajaran yang tak sesuai dengan ajarannya.

Meninggakan ajaran yang tak sesuai dengan ajarannya hanya terjadi bila menggunakan akal dengan logika.

Musuh sejati para pecinta Ali bukan sesama Muslim yang mencemooh pecinta Ali karena menjadi korban pembodohan tapi para perampas Palestina dan bangsa-bangsa lainnya.

Mencintainya tak hanya mencintainya sebagai figur tapi sebagai sistem nilai yang direpresentasinya. Ali adalah Aliisme.

Mengungkap cinta dan patuh kepadanya tak berarti mencemooh figur selainnya yang diagungkan seagama.

Memujinya karena mengenangnya. Mengenangnya karena mengikutinya. Mengikutinya karena mencintainya.
Mencintainya karena mengenalnya. Mengenalnya karena mempercayai Muhammad.

Mengaku mengikuti Ali AS tidaklah salah dan tak niscaya berarti klaim kesombongan tapi berarti ikrar untuk berusaha mengikuti dan terus menyempurna dengan mengakui hak kepemimpinannya dan kewajiban diri mematuhinya.

Garang di medan laga, merunduk di keramaian, pendiam depan Nabi, romantis bersama istri, bergelora di atas mimbar, cengeng dalam mihrab

Read more