TAK MEMUJI ALI

TAK MEMUJI ALI
Photo by Unsplash.com

Memuji adalah menyampaikan hal baik atau yang menyenangkan tentang perbuatan atau apapun yang berkaitan dengan seseorang atau beberapa orang.

Memuji tak selalu baik dan benar, sebagaimana mencela juga tak selalu buruk dan salah. Nilai benar dan salah juga baik dan buruk ditentukan fakta kesesuain, tujuan, yang dipuji dan cara memuji.

Memuji tanpa dasar fakta yang otentik, meski mungkin bertujuan menyenangkan orang yang dipuji, bisa dianggap dusta. Bila tujuannya justru mengolok-olok atau menghendaki pujian balik atau menjilat jelaslah buruk dan salah.

Pujian yang benar dan baik adalah yang memenuhi syarat-syaratnya, antara lain pelakunya jujur dan tulus، yang dipuji memang secara faktual melakukan perbuatan baik yang atau mempunyai sesuatu yang baik dan layak dipuji, tujuan memuji seperti mendorongnya agar melanjutkan perbuatan baiknya.

Semua ucapan Nabi tentang keistimewaan Ali bukanlah pujian positif biasa, karena dia tak memerlukannya, tapi pujian-pujian beliau kepadanya bertujuan menyadarkan dan mengarahkan umat agar mengikutinya. Kecintaan vertikal hanyalah bermakna kepatuhan.

Kepatuhan kepada yang telah wafat
hanya bisa terjadi bila mengikuti jalannya dan melaksanakan ajarannya.

Melaksanakan ajarannya hanya terjadi bila meninggalkan ajaran yang tak sesuai dengan ajarannya.

Meninggakan ajaran yang tak sesuai dengan ajarannya hanya terjadi bila menggunakan akal dengan logika.

Musuh sejati para pecinta Ali bukan sesama Muslim yang mencemooh pecinta Ali karena menjadi korban pembodohan tapi para perampas Palestina dan bangsa-bangsa lainnya.

Mencintainya tak hanya mencintainya sebagai figur tapi sebagai sistem nilai yang direpresentasinya. Ali adalah Aliisme.

Mengungkap cinta dan patuh kepadanya tak berarti mencemooh figur selainnya yang diagungkan seagama.

Memujinya karena mengenangnya. Mengenangnya karena mengikutinya. Mengikutinya karena mencintainya.
Mencintainya karena mengenalnya. Mengenalnya karena mempercayai Muhammad.

Mengaku mengikuti Ali AS tidaklah salah dan tak niscaya berarti klaim kesombongan tapi berarti ikrar untuk berusaha mengikuti dan terus menyempurna dengan mengakui hak kepemimpinannya dan kewajiban diri mematuhinya.

Garang di medan laga, merunduk di keramaian, pendiam depan Nabi, romantis bersama istri, bergelora di atas mimbar, cengeng dalam mihrab

Read more