Teks Pidato Ahamdinejad di PBB

Teks Pidato Ahamdinejad di PBB
Photo by Unsplash.com

Reformasi Kerangka Global

Di dunia yang penuh dengan hiruk pikuk, teriakan keras, ancaman serta ketegangan yang mencuat, dan di saat kekuatan-kekuatan besar tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah sekarang ini, perlu ada usaha yang menyentuh dan menjelaskan akar dan jalan keluar dari kesulitan ini serta beberapa tantangan besar dunia saat ini. Pada kondisi seperti ini kebutuhan mengubah situasi merupakan hal yang tak dapat dihindari demi masa depan yang lebih cerah dan berpengharapan, serta munculnya kembali keluhuran dan keindahan, kebaikan dan martabat, keadilan dan mekarnya semua talenta ilahiyah manusia dan dominannya mencintai Tuhan.

Sebagian kekuatan mengorbankan seluruh nilai manusia termasuk kejujuran, kesucian, dan kepercayaan untuk pencapaian tujuan-tujuan mereka. Mereka mempropagandakan skeptisisme dan penipuan dalam hubungan antara negara dan rakyat. Mereka berbohong secara terbuka, menuduh pihak lain tanpa alasan yang rasional, bertindak bertentangan dengan norma-norma hukum serta merusak iklim kepercayaan dan persahabatan. Kekuatan-kekuatan ini secara terbuka meninggalkan moralitas dan nilai-nilai mulia dalam hubungan dengan pihak lain, dan mengganti kepentingan diri, supremasi, menghormati orang lain, cinta, kasih sayang, dan kejujuran. Mereka mengorbankan seluruh hal baik dari hidup ini dan kemuliaan untuk ketamakan mereka sendiri.

Perlombaan senjata

Sebagian negara adidaya tersebut yang justru merupakan pembuat draf hukum internasional secara terbuka dengan gampang melanggarnya dan menerapkan kebijakan diskriminatif berstandar ganda. Mereka membuat draf perlucutan senjata, tapi setiap hari menguji dan menimbun generasi-generasi baru dari senjata-senjata mematikan. Mereka membingkai Piagam PBB, tapi menunjukkan tidak hormatnya pada hak menentukan nasib sendiri dan kemerdekaan bangsa-bangsa berdaulat. Negara-negara ini tanpa tanggung jawab menghapus perjanjian-perjanjian formalnya, dan tidak mau tunduk pada hukum-hukum menyangkut perlindungan lingkungan. Dan jika kami perhatikan, kebanyakan pelanggaran kewajiban internasional dilakukan oleh segelintir kekuatan global ini.

Tak hanya berhenti di sana, negara-negara adidaya ini, ketika logikanya gagal, mereka akan menggunakan bahasa ancaman. Dan untuk itu mereka berlomba-lomba untuk mengembangkan senjata-senjata berat, dan kini lomba senjata berat itu mengancam seluruh dunia khususnya bangsa-bangsa Eropa yang merupakan korban dua perang dunia dan sejumlah konflik yang menghancurkan dan menderita akibat Perang Dingin selama beberapa dekade. Orang Eropa hidup di bawah bayangan ancaman, kepentingan, keamanan, serta mereka menghadapi bahaya di bawah bayang-bayang lomba senjata yang dipaksakan oleh kekuatan-kekuatan besar tertentu. Kekuatan yang menggertak memberinya hak untuk membangun sistem rudal, membuat kehidupan rakyat benua itu pahit dan meletakkan dasar bagi lomba senjata.

Sayang, di saat yang bersamaan, organisasi-organisasi dan kerangka-kerangka internasional jelas kurang punya kemampuan untuk mengatasi persoalan dan tantangan tersebut. Kerangka-kerangka ini gagal meletakkan hubungan yang adil dan jujur serta perdamaian, persaudaraan, keamanan dan hampir tidak ada pemerintahan atau bangsa yang meletakkan banyak harapan pada kerangka-kerangka ini untuk menyelamatkan hak-haknya.

Di antara semua organisasi yang tidak efektif, DK PBB menduduki ranking pertama. Negara-negara adidaya menciptakan situasi di mana beberapa kekuatan dengan hak eksklusif dan khusus atas veto di DK PBB bertindak sebagai jaksa, hakim, dan eksekutor, tak peduli sebagai tertuduh atau terdakwa. Wajar bahwa negara-negara yang dituduh melakukan pelanggaran, tidak mempunyai harapan untuk mendapatkan apa yang patut mereka dapatkan dari DK PBB. Lihatlah Irak.

Awalnya salah satu anggota tetap DK PBB yang memilliki hal veto pada keputusan dewan ini mendudukinya dan kemudian menerima otorisasi dari DK PBB. Kepada siapa rakyat Irak mengeluh dan ke mana mereka harus membawa pengaduannya dengan harapan menyelamatkan hak-hak mereka? Di Lebanon, beberapa negara adidaya menunda keputusan DK PBB dan mengharap kemenangan rezim zionis. Namun demikian, ketika negara-negara pendukung Israel kecewa dalam masalah kemenangan rezim penyerobot, mereka menyetujui gencatan senjata diberlakukan. Sedangkan tugas DK PBB adalah mencegah lebih meluasnya konflik, memberlakukan gencatan senjata, dan mempromosikan perdamaian serta keamanan. Lantas kepada siapa rakyat Lebanon mengadu dan ke mana mereka harus membawa keluhannya?

Kehadiran beberapa kekuatan monopoli telah menghalangi DK PBB melakukan tugas utamanya, yakni mengawal perdamaian dan keamanan berdasarkan keadilan. Kredibilitas DK PBB telah ternodai dan efektivitasnya dalam mempertahankan hak-hak anggotanya telah hancur. Hal itu menyebabkan banyak bangsa kehilangan kepercayaan terhadap DK PBB. Beberapa mekanisme lainnya seperti masalah keuangan dan perbankan juga dalam situasi yang mengecewakan, dan telah diubah menjadi alat untuk memenuhi keinginan negara-negara besar atas bangsa-bangsa lain. Itu membuktikan bahwa kerangka-kerangka international kini tak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan negara-negara dunia.

Luka kemanusiaan

Inilah kondisi kerangka-kerangka international saat ini. Negara-negara adidaya dengan tingkah lakunya yang tak rasional terus-menerus menghantui kembalinya organisasi-organisasi international pada jalan yang semestinya. Negara-negara ini meletakkan dirinya pada posisi Tuhan! Mereka memperbudak tingkah laku dan hasrat mereka sendiri untuk mendapatkan apa saja. Bagi mereka, martabat dan jiwa manusia, kepemilikan tanah orang lain dan semua aspek-aspek kemanusiaan tidaklah penting.

Kemanusiaan telah mendapatkan luka yang dalam karena kekuatan-kekuatan yang zalim memukuli tubuhnya. Saat ini, masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dunia adalah terutama berakar pada pengabaian nilai-nilai dan moral kemanusiaan juga dalam pengelolaan oleh orang-orang yang zalim. Satu-satunya cara yang berkesinambungan untuk menghadapi pemukulan terhadap kemanusiaan ialah kembali kepada ajaran para nabi, monoteisme, menghormati martabat menusia, dan mengalirkan cinta dalam semua hubungan, pertalian, serta peraturan.

Struktur organisasi-organisasi international harus direformasi. Monoteisme, keadilan dan cinta kepada manusia seharusnya mendominasi semua pilar PBB. Organisasi ini harus menjadi rujukan keadilan dan setiap anggotanya harus menikmati dukungan spiritual dan hukum yang sama. Majelis Umum sebagai perwakilan komunitas internasional seharusnya dianggap sebagai pilar terpenting PBB agar lepas dari segala bentuk tekanan dan ancaman kekuatan-kekuatan besar.

Ikhtisar

- Persoalan berat yang dihadapi dunia saat ini menuntut adanya perubahan signifikan demi masa depan yang lebih baik.

- Sebagian kekuatan besar dunia, sekarang melakukan segala cara dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan demi mencapai tujuannya.

- Kehadiran beberapa kekuatan monopoli telah menghalangi DK PBB melakukan tugas utamanya, yakni mengawal perdamaian dan keamanan berdasarkan keadilan.

- Struktur organisasi PBB harus direformasi Naskah Ini Merupakan Cuplikan Dari Pidato Mahmoud Ahmadinejad Pada Sidang Umum PBB. (Republika)

Read more