Temanku, Darsono, Divonis Bersalah karena Anti Korupsi
Namanya biasa dan singkat, Darsono (tanpalabel habib, kyai, dan gelar lainnya). Tapi jiwanya bak singa. otaknya cerdas. Kemampuan retorika dan orasinya, terutama saat memimpin demo anti korupsi atau anti Zionisme atau saat melakukan advokasi dalam ruang pengadilan, benar-benar istimewa karena berpadu dengan power suaranya yang menggelegar.
Hampir seluruh pejabat teras dan wartawan serta aktivis di kota Jember mengenalnya. Ketua sebuah LSM yang mengawasi Pemda Jember ini memang dikenal berani dan pantang suap. Karena itulah, mantan bupati, walikota dan beberapa pejabat amat geram terhadapnya. Ia menjadi 'musuh bersama'.
Saat pertama menabuh genderang anti korupsi dan penyalahgunaan wewenang, banyak aktivis yang mendukungnya, hingga berhasil menjebloskan sejumlah koruptor ke hotel Prodeo. Tapi saat dia diserbu oleh para koruptor yang melakukan segala jenis rekayas untuk menghentikan langkah-langkahnya, Darsono ditinggalkan. Rakyat kecil, para buruh perkebunan tembakau dan kopi yang telah merasakan manfaat dari advokasinya tentu tidak bisa berbuat apa-apa.
Wartawan koran lokal Jember ini pun harus rela menghadapi kenyataan buram. Memanggul idealisme di tengah belantara materialisme sungguh berisiko tinggi. Penegakan hukum tidak mesti menciptakan tegaknya keadilan. Jebolan fakultas filsafat UGM ini harus menuai hasil perjuangannya. Pengadilan menjatuhkan vonis penjara atas pidana pencemaran nama baik.
Tapi, bagi teman-teman seperjuangannya, vonis penjara atas tuduhan pencemaran nama baik pejabat yang korup hanyalah akan menambah panjang daftar prestasi dan karir perjuangannya sebagai pecinta keadilan. Itu menjadi pendar kebanggaan bagi putrinya yang terpilih sebagai pemenang lomba baca puisi se Jatim. Darsono, bagi kita, teman-temannya di Jember, Lumajang, Malang dan lainnya, adalah makin mulia. Dialah salah satu dari sedikit rekan yang membumikan ajaran suci Nabi dan keluarga dalam format yang membumi dan konkret, bukan sekadar wacana dan ritus.
Nafkah dari pria yang pernah menjadi ketua Yayasan al-Hujjah jember ini berpenghasilan pas-pasan untuk istri, dua anak dan satu adiknya yang sakit parah akan berhenti. Mari berbagi simpati dengan meringankan beban nafkahnya.