TERKURUNG DALAM RUANG (Bagian 2)

TERKURUNG DALAM RUANG (Bagian 2)
Photo by Unsplash.com

Banyak orang menafsirkan kata sensasi dengan pengertian yang jauh dari pengertian epistemiknya dan dipahami sebagai aksi mengandung rasa petualangan atau mengundang kehebohan.

Banyak orang kerap mengaitkan imajinasi dengan hal-hal yang cenderung negatif atau sia-sia. Banyak pula orang mengira imajinasi sama dengan fantasi.

Imajinasi (imagination) lebih tepat diartikan membayangkan, sedangkan fantasi diartikan sebagai sebuah keinginan yang dikembangkan di luar jangkauan manusia tanpa parameter yang real dalam mewujudkannya.

Jika Anda melihat sebuah ponsel, Anda tentu mendapatkan gambarannya melalui indera penglihatan, lalu terjalinlah sebuah hubungan dengan ponsel itu melalui indera ini.

Gambaran (ponsel) ini ditemukan dalam daya indera, atau dalam persepsi indera. Itu artinya, ponsel di depan Anda yang Anda lihat adalah sebuah gambaran yang terinderakan (fakta sensual, realitas sensitif). Selanjutnya tibalah tahap kedua, yaitu proses imajinasi, yaitu daya pengingatan yang merupakan kelanjutan dan evolusi dari daya penginderaan. Daya imajinasi memproses gambaran yang telah diterima oleh daya indera. Dengan kata lain, level imaji berada di atas level indera.

Tindakan daya khayal terhadap indera ini sama dengan tindakan daya indera terhadap fakta eksternal. Daya sensasi mengambil gambar ini dari realitas eksternal, sedangkan daya Imajinasi mengambil citra ini dari daya sensasi lalu menciptakan citra khayali yang sesuai dengan citra inderawi itu. Itulah gambaran imajinal.

Konsep, makna, dan gambaran dalam pikiran manusia dibagi menjadi dua bagian: makna parsial dan makna total, dan makna total khususnya adalah apa yang kami sebut dengan inteligibles, sedangkan makna parsial tidak kami sebut sebagai inteligibles. Makna parsial yang ada dalam pikiran dibagi menjadi makna yang berwujud, makna khayalan, dan makna delusi, sedangkan makna total terbagi menjadi: pengertian primer dan pengertian kedua.

Citra atau gambaran atau kesan dalam daya indera berbeda dengan citra dalam daya imaji. Daya indera mempertahankan citra yang sesuai untuknya, sedangkan daya imaji menciptakan sebuah citra yang sesuai dengannya.

Kemudian muncul peran citra lain, agar persepsi naik ke tingkat yang lebih tinggi dari peringkat kedua. Citra di tempat pertama adalah citra parsial, dan citra dalam daya imaji merupakan citra parsial, seolah-olah buku yang sekarang Anda tak lagi melihatnya. (Perhatikan contoh ponsel di atas).

Level ketiga adalah daya persepsi yang lebih mulia dari daya sensasi dan daya imajinasi. Tindakannya terhadap daya ketiga imajinasi mirp dengan tindakan daya indria, gaya imajiner mengambil citra gaya imajinasi terhadap daya sensasi. Daya ketiga mengambil citra gaya imajinal dan mempertahankannya.

Citra mental adalah yang ketiga, sedangkan kedua adalah peringkat citra imajinal, dan pertama adalah peringkat citra sensual. Karena itu, persepsi yang dirasakan dan yang dibayangkan adalah persepsi parsial , sedangkan persepsi dan makna yang masuk akal adalah persepsi total.

Ada dua arah dalam penafsiran persepsi total atau universal ini. Salah satunya adalah pendapat Nasruddin Thusi dan Ibn Sina bahwa akal melakukan proses abstraksi terhadap citra indrawi, memisahkan yang berbeda dan memperthankan yang sama guna memperoleh gambar universal (total).

Sedangkan Mulla Sadra berpandangan bahwa citra sensual tetap dipertahankan dalam kekuatan indera, dan citra imajinal tetap dipertahankan dalam kekuatan imajinal, sedangkan daya rasional menciptakan dan menciptakan citra sendiri yang sesuai dengan kualitas daya rasionalnya. Ini adalah gambaran mental. Dengan kata lain, gambar ini naik, berkembang dan melambung dalam daya-daya jiwani, gambaran sensual naik ke gambaran imajinal, dan gambar imajinal naik ke gambar mental dalam sebuah proses ekspansi dan transendensi, meskipun setiap gambar berada di wadahnya sendiri.

Kesimpulannya, citra sensual dan citra imajinal merupakan citra parsial, sedangkan citra mental merupakan citra total atau universal.

Manusia yang menganggap realitas sebagai ruang berdimensi yang terinderakan semata hanya mampu berimajinasi dengan bekal citra yang terinderakan tentang sesuatu yang tak berada dalam ruang itu.

Karena tak mampu menembus citra-citra mental yang abstrak dan tak berdimensi, "manusia yang terkurung dalam ruang" mengira proses sensasi dan imajinasi sebagai inteleksi (yang hanya bisa dilakukan dengan melucuti citra-citra inderawi dan khayali). Ia mengimajinasikan Tuhan yang abstrak dari bahan citra-citra yang dipantulkan benda-benda dalam ruang.

Tuhan yang diimajinasikan adalah citra parsial yang tak lain hanya produk kreasi daya komposisi atas citra-citra bendawi. Dia merasa bertuhan, beragama dan menjunjung nilai-nilai spiritual dan moral (kemanusiaan) yang abstrak, padahal sedang berimajinasi tentang itu semua.

Karena Tuhan adalah produk imanijansi, manusia-manusia yang terkurung dalam ruang berlomba dalam kreasi imajinalnya masing-masing tentang realitas, Tuhan, agama, nilai-nilai dan kehidupan.

*) Glosarium

Gambaran adalah kesan, citra atau pantulan benda dalam benak.

Personal = sifat bagi setiap sesuatu yang nyata dengan ciri unik.

Universal = sifat bagi sesuatu yang mencakup beberapa bagian (total)

Parsial = sifat bagi sesuatu yang tercakup dalam himpunan (partikular, elementer).

Read more