"TERPAKSA IKHLAS"

"TERPAKSA IKHLAS"

"Terpaksa ikhlas" karena tekor.
"Terpaksa rendah hati" karena tak berprestasi.
"Terpaksa sabar" karena lemah.
"Terpaksa ramah" karena tak berkuasa.
"Terpaksa dermawan" karena takut.
"Terpaksa zuhud" karena miskin.
"Terpaksa jujur" karena diawasi.
"Terpaksa tawakkal" karena malas.
"Terpaksa bersyukur" karena tak punya alternatif.

Perbuatan dapat dibagi berdasarkan sebab pelaku menjadi dua;

  1. Perbuatan atas kehendak pelaku (perbuatan sukarela;
  2. Perbuatan atas kehendak selain pelaku (perbuatan terpaksa).

Perbuatan yang didasarkan pada kehendak selain pelaku disebut perbuatan terpaksa.

Perbuatan terpaksa (yang dilakukan atas kehendak selain pelaku) mencakup baik dan buruk.

Perbuatan atas kehendak pelaku atau sukarela dapat dibagi berdasarkan sumberna menjadi dua :

  1. Perbuatan sukarela dengan pengetahuan
  2. Perbuatan sukarela tanpa pengetahuan.

Perbuatan sukarela (yang dilakukan atas kehendak pelaku) mencakup baik dan buruk.

Perbuatan baik secara sukarela dengan pengetahuan adalah kebaikan utama. Pelakunya disebut "muhsin.alim" dalam terminologi agama Islam. Dia memperoleh pahala sebagai konsekuensi hukum dan moral perbuatannya.

Perbuatan baik secara sukarela tanpa pengetahuan adalah kebaikan medium. Pelakunya disebut "muhsin jahil" dalam terminologi agama Islam. Dia memperoleh pahala sebagai konsekuensi hukum dan moral perbuatannya.

Perbuatan buruk secara sukarela dengan pengetahuan adalah keburukan utama. Pelakunya disebut "muqassir" dalam terminologi agama Islam. Dia menanggung dosa sebagai konsekuensi hukum dan moral perbuatannya

Perbuatan buruk secara sukarela tanpa pengetahuan adalah keburukan rendsh. Pelakunya disebut "qasir" atau "jahil" dalam terminologi agama Islam. Dia menanggung dosa sebagai konsekuensi hukum dan moral perbuatannya.

Perbuatan buruk secara terpaksa adalah keburukan rendah. Pelakunya tak menanggung dosa sebagai konsekuensi hukum dan moral perbuatannya karena tak melakukan keburukan secara sukarela.

Perbuatan baik secara terpaksa adalah kebaikan terendah. pelakunya disebut "mujbar". Dia tak menanggung dosa dan tak memperoleh pahala karena tak melakukan kebaikan secara sukarela kecuali dengan keputusan Tuhan.

Banyak orang menganggap perbuatan yang tidak didasarkan pada pengetahuan sebagai perbuatan terpaksa. Padahal ia adalah perbuatan yang tidak dikehendaki pelaku karena tak mengetahui alasan, akibat, nilai dan caranya, bukan perbuatan terpaksa.

Kalimat-kalimat di atas sebenarnya mengandung paradoks atau kontradiksi. Penggunaan "terpaksa" sebagai awalan untuk kata-kata seperti "ikhlas," "rendah hati," "sabar," dan sebagainya seharusnya tidak bisa digabungkan bersama karena masing-masing kata tersebut memiliki makna yang bertentangan dengan kondisi "terpaksa."

Misalnya, ikhlas seharusnya datang dari hati yang tulus tanpa adanya paksaan. Namun, dengan menambahkan kata "terpaksa" sebelumnya, menciptakan kontradiksi dalam konteks kalimat tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk kata-kata lainnya seperti rendah hati, sabar, dan lain-lain.

Oleh karena itu, penggunaan "terpaksa" sebenarnya tidak sesuai ketika digunakan bersamaan dengan kata-kata yang menunjukkan sikap atau perilaku yang seharusnya bersifat sukarela, ikhlas, dan tulus.

Read more