Sebagian yang kita agungkan ketenarannya dan dimakmumi celoteh-celotehnya-meski biasa-biasa saja- oleh banyak orang di area publik hanyalah berhala-berhala.
Arus utama manusia menjadikan ketenaran, kehebohan, kekayaan dan kekuasaan sebagai parameter kebenaran. Mereka menghambakan diri secara massal kepada idola-idola.
Menurut Francis Bacon, bapak empirisisme, ada empat idola (berhala) dalam benak yang sering menghalangi subjek berpikir logis dan valid.
Pertama: Idola tribus (The Idols of Tribe); penyimpulan tanpa dasar yang cukup dan berpijak di atas alasan-alasan dangkal. Ini menjangkiti banyak awam/tribus.
Kedua: Idola specus (The Idols of the Cave); penyimpulan berdasarkan prasangka semata, prejudice, kebencian, seperti manusia di dalam gua/ specus.
Ketiga: Idola fori (The Idols of the Market Place); penyimpulan hanya ikut2an opini umum, trend, kehendak pasar atau tekanan golongan tertentu.
Keempat: Idola theatri (The Idols of the Theatre); penyimpulan berdasarkan dogma, mitos, utopia, mindset primordial, seolah dunia hanyalah drama.
Secara umum, Bacon menganggap kebodohan yg didasarkan pada mindset yang abdurd lebih buruk dari kebodohan karena minim data. Inilah mucikari fanatisme.