"TOILET KERING" DAN MASALAH NAJIS

"TOILET KERING" DAN MASALAH NAJIS
Photo by Unsplash.com

Paling sumpek ketika hendak pipis di mall tertentu yang menyediakan toilet tanpa tombol dan pancuran air yang dilengkapi dengan sensor yang secara otomatis mengeluarkan air setelah pengguna meninggalkannya dalam beberapa detik.

Melalui tangkapan gerak atau suhu tubuh pengguna, toilet itu tak akan mengucurkan air selama pengguna masih berdiri.

Sarana yang disebut "toilet kering" itu mengikuti konsep modern (baca : Barat) yang menetapkan "kering itu bersih" dan "kering iitu sehat".

Konsep Barat tersebut mungkin benar bagi yang tak membedakan antara bersih dan suc atau bagi yang tak mengenal terma suci dan najis atau tak mempedulikannya. Tapi bagi yang peduli terhadap masalah kesucian karena mengikuti hukum agama, terutama Islam, kering mungkin terlihat bersih, tapi tak otomatis suci alias tak bebas dari najis.

Hukum agama atau fikih menetapkan air sebagai sarana utama pelenyap benda najis. Artinya, bersih tak niscaya suci dan kotor tak selalu najis, juga sebaliknya. Tisu yang biasanya disediakan di dinding toilet sebagai pengganti air mungkin terkesan mewah dan higienis tapi tak membuat kenajisannya hilang. Suci dan najis bukan perkara sepele karena berdampak terhadap keabsahan sebagian ibadah, terutama shalat.

Orang yang peduli hukum agama tentang kesucian mungkin menunda aksi pipis bila memasuki toilet kering. Tapi apa yang mesti dilakukannya bila baru menyadari hal itu setelah aktivitas private itu terlanjur dilakukan? Apa yang akan Anda lakukan bila mengalami situasi semacam ini?

Perlu trik khusus untuk mengelabui teknologi ini. Yaitu berpaling seutuh tubuh dan sedikit menjauh dari bagian depan toilet, air seketika mengalir deras karena sensor mengira pengguna telah pergi. Pastikan tidak ada pengguna lain pada saat itu dan tak ada CCTV di sekitar.

Read more