TOLERAN TEBANG PILIH
Kalau sudah merasakan derita 200 orang miskin yang diusir dari rumah sendiri oleh para jelata kyai-kyai sadis 7 tahun lalu yang hingga kini masih terbuang, bicaralah HAM.
Kalau sudah bersuara lantang mengecam kejahatan terencana yang didalangi beberapa iblis berjubah ulama terhadap 200 orang miskin di sebuah dusun di Madura, silakan mengaku toleran.
Kalau sudah membela hak konstitusional warga yang diserang, dkepung, dijarah dan diusir karena menganut mazhab yang berbeda dengan para agamawan penguasa umat, monggo mengklaim garda NKRI.
Kalau sudah bisa membersihkan diri rasisme dan ormasisme, bolehlah menepuk dada mengaku sebagai pemegang hak cipta Islam indonesia dan paling nusantara.
Kalau belum dan tak berpikir untuk melakukannya, tak usahlah mengobral retorika palsu demi meraih pujian dan teropi. Realitas ironis ini tak bisa ditutupi hanya dengan cuitan di media sosial.