TOLERAN TULUS DAN TOLERAN BULUS

TOLERAN TULUS DAN TOLERAN BULUS

Tidak semua yang tak bermaulid bersikap intoleran, apalagi takfiri. Tak semua yang gemar maulid bersikap toleran.

Intoleransi bukanlah doktrin keagamaan tapi pandangan individu lemah nalar sebagai produk interpretasinya terhadap doktrin yang diajarkan kepadanya atau disfungsi mental akibat sindrom insekuritas terhadap "yang lain" alias yang dipandang berbeda dalam aneka dimensi, seperti pandangan keagamaan, kemazhaban, kebudayaan, kedaerahan, keormasan, kesukuan, keetnisan dan sebagainya.

Sumber intoleransi bisa berupa kecintaan belebihan (akibat pemutlakan klaim kebenaran) kepada ajaran yang dianut atau kelompok (keagamaan, kemazhaban, kebudayaan, kesukuan, keetnisan, kedaerahan dan semacamnya) yang telah menjadi bagian dari kesejarahan dan kehidupan sosialnya.

Sumber intoleransi bisa berupa kebencian berlebihan (akibat pemutlakan stigma kesesatan dan keburukan) kepada ajaran yang tak dianut atau kelompok keagamaan, kemazhaban, kebudayaan, kesukuan, keetnisan, kedaerahan dan semacamnya) yang tak bekaitan dengan kesejarahan dan kehidupan sosialnya.

Ada yang bersikap toleran terhadap sebuah subjek yang berbeda dalam sebuah aspek namun intoleran dalam aspek lain.

Ada pula yang kadang bersikap toleran dan kadang intoleran terharap satu subjek atau fenomena karena pragmatisme atau pertimbangan untung dan rugi.

Ada yang bersikap toleran karena kesadaran intelektual dan moral terhadap apapun yang berbeda seraya tetap mempertahankan pandangan pilihannya.

Orang yang terlihat berislam secara salafi umumnya didasarkan pada niat tulus menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai landasan pandangannya, bukan karena kesalafiannya.

Salah satu indikatornya adalah tidak ikut menikmati dan menyumbangkan narasi dalam serangan ujaran kebencian yang diarahkan kepada kelompok yang bersebarangan dengannya. Beberapa nama kondang ustadz dan mubalig bisa dicantumkan di sini.

Sikap intoleran sebagian dari orang-orang yang dianggap salafi atau independen dalam persoalan keagamaan terhadap Syiah dan sejumlah tradisi mainstream bukanlah pragmatis tapi karena manhaj atau metode skriptual yang dipilihnya.

Toleransi tulus adalah menerima perbedaan pihak tak sealiran sebelum menerima pihak tak seagama. Toleransi pamrih adalah menerima bahkan menjunjung secara lebay pihak tak seagama tapi tak menerima bahkan mendiskriminasi pihak tak sealiran. Ini toleransi bulus alias fulus.

Read more