Kementerian Luar Negeri Turki memanggil Duta Besar Rezim Zionis Israel untuk Ankara, menyusul pernyataan Panglima Angkatan Darat Israel, Avi Mizrahi, terhadap Turki.
Dalam statemennya, Departemen Luar Negeri Turki seraya menyinggung bahwa pernyataan Mizrahi bertentangan dengan asas interaksi diplomatik dan fakta sejarah, serta meminta para pejabat Israel untuk segera memberikan penjelasan. Militer Turki juga dalam statemennya menuntut Panglima Angkatan Darat Israel itu segera memperjelas maksud dari pernyataannya.
Seperti yang dilansir media massa Turki, Avi Mizrahi, dalam pidatonya beberapa waktu lalu, menuding kaum Turki telah membantai warga Armenia pada masa perang dunia pertama. Dikatakannya bahwa orang-orang Turki atau Ottoman pada masa itu melakukan pembantaian massal terhadap orang-orang Armenia dan saat ini pun pemerintah Turki melanjutkan politik tersebut terhadap kaum Kurdi.
Pernyataan tersebut dikemukakan Avi Mizrahi dalam mereaksi perang verbal antara PM Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Israel, Shimon Perez, pada Forum Ekonomi Dunia di Davos. Pada forum tersebut, Erdogan mengkritik justifikasi Perez atas serangan militer Israel ke Gaza. Erdogan secara tegas mengatakan, “Dalam membunuh dan membantai Anda sangat ahli”.
Meski media massa dan panggung politik Turki dan Rezim Zionis Israel menilai peristiwa di Davos itu tidak sedemikian berdampak buruk terhadap hubungan kedua negara, namun para analis telah memprediksikan keregangan diplomasi kedua pihak pada masa mendatang. Pada tahun 2004 lalu, ketika Erdogan memprotes serangan militer Israel terhadap para pemimpin Palestina dan menyebut aksi Israel itu sebagai terorisme pemerintahan. Pasca pernyataan tersebut hubungan kedua negara mendingin untuk beberapa waktu.
Adapun terkait pernyataan Avi Mizrahi tersebut, para pengamat menilai pernyataan Avi Mizrahi itu sebagai upaya untuk melumpuhkan politik kritik Turki terhadap Israel soal serangan militer Zionis ke Gaza dengan melontarkan isu pembantaian warga Armenia dan Kurdi oleh pemerintah Turki. Kebijakan Turki dalam mengecam brutalitas Rezim Zionis Israel itu disambut opini umum khususnya di dunia Islam namun juga memantik kegeraman para pejabat tinggi Tel Aviv.
Yang lebih menarik lagi, sejumlah pengamat politik justru berpendapat bahwa perang verbal antara para pejabat Israel dan Turki itu tidak akan berdampak buruk pada hubungan strategis kedua negara. Karena Amerika Serikat tidak ingin berlanjutnya gejolak antara Turki dan Israel itu membuat Rezim Zionis kian terkucil di Timur Tengah dan di antara dunia Islam. Perlu disebutkan pula bahwa sejumlah pihak berpendapat sebaliknya. Friksi antara Turki dan Israel ini telah memasuki tahap yang lebih sensitif yang dapat menjadi titik awal periode penuh gejolak dalam hubungan kedua negara.(irib)