MENYEGARKAN KEMBALI SPIRIT KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA

MENYEGARKAN KEMBALI SPIRIT KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA

20 Mei diabadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang terjadi pada periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara (kini Indonesia), ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia".Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional Indonesia demi menyegarkan kembali semangat nasionalisme, ada baiknya kita memperbarui wawasan tentang negara, bangsa dan bahasa Indonesia.

Negara Indonesia

Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan yang melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu, dan memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Dalam pengertian popular negara juga diartikan sebagai daerah tertentu dengan batas tertentu yang bersebelahan dengan negara lain darat atau laut.

Indonesia adalah nama kawasan juga negara yang semula bernama Hindia Belanda. Nama ini pertama kali pertamakali muncul di tahun 1850, di sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura. Penemunya adalah dua orang Inggris: James Richardson Logan dan George Samuel Windsor Earl.

Saat itu, nama Hindia—nama wilayah kita saat itu—sering tertukar dengan nama tempat lain. Karena itu, keduanya berpikir, daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri. Earl mengusulkan dua nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri memilih Malayunesia.

Negara Indonesia adalah negara kepulauan multikultural dengan beragam etnis yang memiliki berbagai bahasa, budaya, dan kepercayaan.
Secara geografis Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri atas sejumlah pulau di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Oseania sehingga dikenal sebagai negara lintas benua, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Bangsa Indonesia

Bangsa adalah suatu kelompok manusia dalam sebuah daerah berupa sebuah negara yang memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, ideologi, budaya, sejarah, dan tujuan. Kesamaan etnik dan ras bukanlah identitas pembentuk bangsa.
Bangsa yang merupakan masyarakat dalam sebuah negara terdiri atas suku-suku. Dalam antropologi, suku adalah sebuah kelompok sosial manusia yang terhimpun secara natural karena rumpun, ras, budaya dan sejarah atau terbentuk secara formal karena konstruksi sosial yang modern.
Salah satu akar eksistensi suku adalah ras dan etnik serta marga atau keluarga besar. Ras adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal-usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi.

Bangsa Indonesia adalah kumpulan orang Indonesia, yaitu setiap penduduk Indonesia,
tanpa memandang latar belakang ras, etnis ataupun agama.

Bahasa Indonesia

Salah satu elemen penting pembentuk bangsa adalah bahasa. Mungkin banyak orang di luar Indonesia memasukkan Indonesia dalam kelompok negara berbahasa Melayu bersama Malaysia, Brunei, Singapura juga Patani. Sebenarnya Bahasa Indonsia berbeda dengan Bahasa Bahasa Melayu meski berasal darinya.

Bahasa Melayu Riau yang disepakati sebagai bahasa nasional dan resmi di seluruh Indonesia sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, diberi nama bahasa Indonesia.

Melalui proses pengembangan dan penyerapan banyak kata dari aneka bahasa asing, bahasa Indonesia saat ini berbeda dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau dan kepulauan maupun Semenanjung Malaya.

Kata serapan dalam bahasa Indonesia adalah kata yang berasal dari bahasa lain (baik itu bahasa daerah maupun bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosakata.

Karena memiliki keterikatan sejarah dengan Melayu yang kental dengan budaya Arab juga dengan sejarah kedatangan para Wali Songo yang mendakwahkan Islam, menyampaikan dan mengajarkan isi kitab suci dan khazahanya ditulis dengan bahasa Arab, maka Bahasa Indonesia menyerap banyak kata Arab selain bahasa Inggris, Portugal, Persia, Belanda, China dan sebagainya.

Uniknya lagi, bahasa Melayu sendiri sebelum disahkan sebagai Bahasa Indonesia juga telah menyerap banyak kosa kata Arab, bahkan ditulis dengan aksara Arab, sebagaimana bahasa Jawa kuno (jawi) yang ditulis dengan huruf Arab pegon.

Abjad Pegon (Bahasa Jawa/Bahasa Sunda: ابجد ڤيڮون, Abjad Pégon; Bahasa Madura: أبجاد ڤٰيغو, Abjad Pèghu) adalah abjad Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Perhatikan aksara Arab Melayu pada bungkus beberapa produk minuman, rokok, salep dan sebagainya.
Dari tiga pengertian negara, bangsa dan bahasa juga suku dan ras, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

  1. Semua nama negara merupakan nama bangsa, seperti negara Indonesia yang merupakan kawasan yang dahulu bernama Hindia Belanda dan dihuni masyarakat dari ragam ras dan etnik yang secara konstitusional dan administratif merupakan warga negara.
  2. Sebagian nama negara adalah nama ras dan etnik seperti China dan India. Seseorang bisa bertenik China atau India tapi dia bagian dari Bangsa Indonesia karena berkewargaan Indonesia atau Amerika.
  3. Sebagian besar nama negara bukanlah nama ras dan etnik seperti Iran yang merupakan nama negara yang berbatasan dengan Irak dan Turki yang dihuni oleh masyarakar multiras seperti Persia (Arya Timur), Azari, Armeni, Kurdi, Arab dan lainnya.
  4. Sebagian nama ras dan etnik tidak berbentuk negara dan bangsa, seperti Arab yang merupakan ras mayoritas masyarakat yang menjadi mayoritas bangsa di sejumlah negara seperti Saudi, Suriah, Maroko dan lainnya. Itulah sebabnya mengapa menyebut negara bernama Arab Saudi dengan satu kata "Arab" adalah salah, karena terdapat sekitar 25 negara Arab.

Aneh, bila dinyatakan bahwa seseorang berdasarkan hasil uji DNA mengandung beberapa persen dari gen atau ras Inggris dan Perancis misalnya, karena keduanya adalah nama negara dan nama bangsa, bukan nama ras apalagi haplo group.

Keganjilan yang mirip juga berlaku atas "keturunan Yaman"، karena ia adalah nama negara, bukan ras dan pangkal gen. Ini sama fatalnya dengan keturunan Indonesia, karena ia adalah nama sebuah kawasan, negara dan masyarakat multietnis di dalamnya, bukan nama seorang yang manusia yang menjadi moyang bagi orang-orang sebagai cucu dan cicit yang disebut keturunan.

Nihillnya kesadaran atau minimnya wawasan kebangsaan menjerumuskan banyak orang dalam post truth yang tak selaras dengan logika dan etika, juga norma hukum dan doktrin agama.

Read more