"WAHYU DNA"

"WAHYU DNA"

Kaum saintis tak sepenuhnya berpikir sebagai saintis. Sebagian dari mereka bertindak sebagai kapitalis dan politisi. Saintisme menciptakan teori-teori. Kapitalitisme mengolah teori menjadi sarana dan alat produksi (tekonologi). Imperialisme menggunakannya sebagai sarana dominasi. Teknologi dan industri membelah dunia ke dalam dua bagian, dunia maju dan dunia terkebelakang. Nuklir lalu internet kemudian bioinformatika, biomolekuler dan neuroscience menghadirkan kehidupan baru dengan perilaku baru dalam "one culture" sebagai puncak supremasi sains.

Sains dan teknologi hanya dinikmati oleh segelintir produsen rakus dan dinikmati oleh umat konsumen pemalas pemburu simulakrum. Kini dalam masyarakat Barat  dunia nyata yang bebas algoritma dirindukan. Norma yang dijungkirbalikkan oleh aneka paltform dengan fitur-fitur yang terus dikembangkan diimpikan lagi. Manusia modern baru sadar bahwa kehidupan mereka selama ini dikendalikan oleh mesin-mesin pencari data dan digantikan oleh robot dan Artificial Intelligence.

Tapi di belahan dunia yang baru dilanda euforia sains sebagian orang yang karena merasa sudah cukup mempelajari beberapa teori sains merasa sebagai saintis seraya menganggap semua klausa hepotesa dalam sains sebagai konklusif.

 

Setelah gagal membodohi masyarakat dalam realitas aktual agar menjunjung rasisme dengan isu pembatalan nasab sebagai tesis ilmiah demi memusnahkan eksistensi sosial dan kultural sebuah komunitas yang telah menjadi salah satu pembentuk bangsa majemuk sebagai produk kontrak sosial sejak pidato Bung Karno dalam Sidang BPUPKI pada 1 Mei 1945, mencoba menghipnotis publik dengan ilusi kebenaran tes DNA dalam ratusan konten penuh narasi hasutan dan provokasi.    

Beberapa orang awam mudah memutlakkan hasil tes DNA untuk menetapkan dan menolak garis keturunannya.

Ada beberapa alasan mengapa banyak orang awam mudah memutlakkan hasil tes DNA untuk menetapkan dan menolak garis keturunannya. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman tentang cara kerja tes DNA dan penggunaan hasil tes tersebut. Orang-orang seringkali tidak memahami bahwa hasil tes DNA tidak selalu memberikan informasi yang lengkap atau pasti tentang garis keturunan seseorang.

Ada juga kecenderungan untuk mengandalkan teknologi dan sains secara mutlak sebagai otoritas atau kebenaran tertinggi. Orang-orang cenderung percaya bahwa hasil tes DNA adalah jawaban yang tidak bisa dipertanyakan atau diragukan.

Dalam kasus identifikasi garis keturunan, uji DNA dapat memberikan informasi yang sangat berharga tetapi ada beberapa batasan dalam memperkirakan garis keturunan ke belakang hingga 1000 tahun silam. Berikut adalah beberapa poin yang perlu dipertimbangkan:

1. DNA Y-kromosom: Uji DNA Y-kromosom biasanya digunakan untuk melacak garis keturunan laki-laki. Namun, Y-DNA hanya dapat memberikan informasi tentang garis keturunan patrilineal (melalui garis ayah ke anak laki-laki) dan dapat memberikan informasi yang berguna untuk melacak garis keturunan hingga beberapa ratus tahun ke belakang.

2. DNA mitokondria: Uji DNA mitokondria sering digunakan untuk melacak garis keturunan maternal (melalui garis ibu ke anak-anak laki-laki dan perempuan). DNA mitokondria dapat memberikan informasi tentang garis keturunan maternal hingga ribuan tahun ke belakang karena DNA mitokondria sangat stabil dan kurang berubah dari generasi ke generasi.

3. Keterbatasan data: Meskipun teknologi DNA telah maju pesat dalam beberapa dekade terakhir, hasil uji DNA juga dipengaruhi oleh ketersediaan data referensi untuk membandingkan hasil tes. Jika data referensi untuk populasi tertentu terbatas, hasil tes DNA juga mungkin tidak seakurat yang diharapkan.

Jadi, sementara uji DNA dapat memberikan informasi yang berguna dalam melacak garis keturunan ke belakang. Tapi estimasi garis keturunan hingga 1000 tahun silam mungkin memiliki tingkat ketidakpastian tertentu. Adalah penting untuk mempertimbangkan informasi tambahan dan ketersediaan data referensi untuk mendukung analisis garis keturunan yang lebih jauh ke belakang dalam sejarah keluarga.

Soal tantangan tes DNA demi membuktikan ketersambungan nasab, maka faktanya Haplogroup G-M201 bukanlah haplogroup DNA untuk Yahudi (Bisa ditemukan di Internet soal Y DNA dengan haplogroup G-M201 ini), karena tes DNA melalui data dari buku Family Tree DNA sendiri adalah hoax Dengan kata lain, klaim bahwa Haplogroup DNA untuk Yahudi adalah G-M201 hanyalah hoax yang sengaja disebarkan demi menuduh para tokoh utama Ba'Alawi sebagai pemalsu nasab.

Faktanya, haplogroup J1 dan J2 juga ditemukan di berbagai kelompok-kelompok lain yang tidak ada hubungannya dengan Timur tengah atau Nabi Muhammad SAW, termasuk juga di kelompok Yahudi dengan pertemuan common ancestor yang sangat jauh sekali dan tidak sesuai dengan fakta sejarah. Ini menunjukkan tidak validnya data yang digunakan untuk tes DNA tersebut.

Tidak logis bila dinyatakan bahwa seseorang berdasarkan hasil uji DNA mengandung beberapa persen dari gen atau ras Inggris, Perancis, Rusia, Maroko misalnya, karena   itu adalah nama negara dan nama bangsa, bukan nama ras apalagi kategori haplogroup.

 

Tidak ada DNA khusus yang dimiliki oleh orang-orang Rusia, Rusia dan Maroko secara genetik, karena bukan identitas etnis atau genetik. Orang-orang di Rusia dan Perancis memiliki beragam asal usul etnis dan genetik yang berbeda. Oleh karena itu, menggunakan istilah "DNA Perancis" atau "DNA Inggris" dan nama negara tidaklah tepat..

Keganjilan yang mirip juga berlaku atas istilah "keturunan Yaman"، karena ia adalah nama negara, bukan ras dan pangkal gen. Ini sama fatalnya dengan keturunan Indonesia, karena ia adalah nama sebuah kawasan, negara dan masyarakat multietnis di dalamnya, bukan nama seorang yang manusia yang menjadi moyang bagi orang-orang sebagai cucu dan cicit yang disebut keturunan.

Nihillnya kesadaran atau minimnya wawasan kebangsaan menjerumuskan banyak orang dalam post truth yang tak selaras dengan logika dan etika, juga norma hukum dan doktrin agama.

Tapi apa hendak dikata. Orang-orang awam yang kepincut dengan "kemegahan sains" tak bedakan "knowlegde" dan "science" lalu ikut-ikutan menelan sihir algoritma dan mengangggapnya sebagai final sebagaimana sebelumnya memastikan doktrin agama sebagai final tanpa penjelasan argumentatif dalam ruang-ruang kusam seminari pendidikan agama lalu bertanya dengan tendensi bullying  kepada rekan sekantor yang berhidung mancung dan bercambang lebat "Sudah tes DNA?" atau seloroh "Tes DNA aja!"

Respon atau bantahan seilmiah dan serasional apapun akan dikalahkan oleh arus bessr mindset "sains adalah mutlak". Ia adalah "wahyu baru".

Referensi

1. Latour, Bruno. "We have never been modern." Harvard University Press, 1993.

2. Harari, Yuval Noah. "Sapiens: A brief history of humankind." Harper, 2015.

3. Hayden, Cori. "When Nature Goes Public: The Making and Unmaking of Bioprospecting in Mexico." Princeton University Press, 2003.

4. Elliott, Carl. "White coats, white lies: How honest is your doctor?" Atlantic books Ltd, 2003.

5. Rose, Steven. "The future of the brain: The promise and perils of tomorrow's neuroscience." Oxford University Press, 2006.

Read more