ORANG BURUK BERSIKAP BAIK

ORANG BURUK BERSIKAP BAIK

Sering terjadi dalam kehidupan sosial, misalnya seseorang yang selama terikat pertemanan karena sekeyakinan tiba-tiba memilih sebuah sikap yang kontras dengan keyakinan yang mestinya mencegahnya untuk memilih sikap itu.

Sebenarnya itu adalah fenomena lumrah dan tidak mengejutkan bila memahami perbedaan antara karakter dan sikap.

Karakter terbentuk karena keyakinan yang mengakar dalam jiwa. Sedangkan sikap seseorang kadang selaras dengan karakternya, dan kadang berlawanan.

Keyakinan ini dapat menjadi landasan yang mengarahkan individu dalam mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, individu yang memiliki keyakinan kuat tentang pentingnya kejujuran akan cenderung menunjukkan karakter yang jujur dalam berinteraksi dengan orang lain.

Keyakinan yang diinternalisasi dengan baik sering kali mencerminkan karakter yang konsisten. Artinya, individu yang memiliki keyakinan yang kuat akan cenderung menunjukkan pola perilaku yang konsisten dengan keyakinan tersebut, meskipun dalam berbagai konteks dan situasi.

Sedangkan sikap diperlihatkan karena pertimbangan kontekstual. Sikap individu dapat dipengaruhi oleh faktor kontekstual, seperti norma sosial, tekanan situasional, atau harapan orang lain.

Hal ini memunculkan fleksibilitas dalam sikap yang diperlihatkan oleh individu, yang dapat berubah sesuai dengan situasi yang dihadapi. Sebagai contoh, seseorang mungkin menunjukkan sikap yang berbeda di lingkungan kerja daripada di lingkungan sosial.

Sikap yang diperlihatkan oleh seseorang juga dapat menjadi mekanisme adaptasi terhadap lingkungan. Individu mungkin menyesuaikan sikapnya sesuai dengan tuntutan lingkungan yang berbeda-beda agar dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain atau mempertahankan hubungan yang harmonis.

Karakter dan sikap merupakan dua aspek yang saling terkait namun juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Karakter yang terbentuk dari keyakinan yang kuat dalam diri individu memberikan landasan yang kokoh bagi perilaku dan tindakan yang konsisten. Sedangkan sikap yang diperlihatkan cenderung lebih responsif terhadap faktor-faktor eksternal dan situasional dalam kehidupan sehari-hari.

Kombinasi antara kestabilan karakter dan fleksibilitas sikap dapat membentuk kepribadian yang kompleks dan dinamis pada setiap individu.

Dalam ilustrasi di atas, dia memang orang buruk, dasarnya memang menganut negativisme, dan bersikap baik selama bersahabat karena pertimbangan kontekstual alias pragmatis. Keyakinan itu pun hanya bagian sikap yang dipilihnya karena pertimbangan pragmatis, bukan sebagai prinsip utama dalam kehidupannya. Ketika keyakinan yang dipilihnya sebagai sikap pragmatis itu tak lagi diperlukan atau menabrak kepentingannya, dia pun akan menggantinya.

Namun, perbedaan antara karakter yang bersumber dari keyakinan dan sikap yang dipengaruhi oleh situasi aktual tidak selalu terjadi dalam konotasi negatif alias pragmatisme destruktif dan tak selalu dalam konteks dialektika baik dan buruk. Karakter dalam khazanah etika Islam disebut akhlaq, yang bisa baik dan bisa pula buruk. Sedangkan sikap adalah pandangan seseorang terhadap apa atau siapa dalam interaksi sosial.

Read more