TERIMA KASIH, BU RETNO...
Seorang menteri luar negeri yang diberi amanah sebagai etalase bangsa dan negaranya bagi bangsa-bangsa lain di dunia dihina dan dicemooh oleh seorang pengais uang di medsos karena sikap dan pandangannya yang memihak sebuah bangsa yang menjadi korban penjajahan, pembantaian, pengusiran, pengepungan, pelaparan dan pengabaian selama lebih dari 75 tahun.
Influencer itu memvonis menteri terbaik dalam kabinet yang demisioner dan salah satu menlu terbaik sepanjang sejarah diplomasi Republik India sebagai orang yang lebih memperhatikan "bangsa lain" ketimbang bangsa sendiri.
Mungkin karena kurang beruntung dalam literasi dan terdorong hasrat menarik perhatian pihak yang mensupportnya, dia membangun narasi ala kadarnya tentang nasionalisme seolah cinta bangsa sendiri adalah mengabaikan bangsa lain yang justru sangat memerlukan dukungan karena sentra hegemoni global dan rezim-rezim yang menjadi jelata-jelatanya hendak menghapusnya secara sistematis. Dia tak membedakan nasionalisme dengan chauvinisme dan rasisme.
Cemoohan itu melukiskan kemiskinan akut tentang esensi Pancasila yang menempatkan Kemanusiaan Yang Adil dan beradab pada Sila Kedua sebelum sila ketiga, keempat dan kelima yang memuat aspek kebangsaan dan keindonesiaan.
Tidak hanya sampai di situ. Di lapisan paling dasar kesadaran atas nasionalisme adalah kemanusiaan. Tidak ada bangsa yang boleh berdiri merdeka sebelum menegakkan azas kemanusiaan.
Sebelum menepuk dada sebagai warga sebuah negara dengan identitas kebangsaan, siapapun adalah warga dunia dan warga bumi dengan identitas kemanusiaan.
Sebuah bangsa adalah kumpulan individu-individu yang dikonstruksi oleh kontrak sosial dan konsensus serta pengakuan bangsa-bangsa lain demi mendirikan sebuah institusi bernama negara. Sebelum terhimpun di sebuah wilayah, bangsa adalah individu-individu yang terbentuk secara natural dalam universalia spesies bernama manusia. Inilah identitas paling otentik karena dibentuk oleh natur.
Seraya menyesalkan tidak dipanggilnya sebagai menlu pada kabinet mendatang, semua jerih payah Bu Retno telah mengharumkan nama dan bangsa ini di forum-forum internasional terutama bangsa yang dibantai di Palestina. Terima kasih, Bu Retno.