Skip to main content

Semula kata toxic adalah istilah dalam biologi yang berarti zat berbahaya bagi organisme, seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati (hepatotoksisitas). Namun istilah ini kini digunakan dalam dunia pergaulan sebagai sifat bagi individu-individu tertentu yang menjadi benalu dalam interaksi interpersonal dan sosial dengan ragam bentuknya. Hampir semua persoalan toksisitas dalam hubungan antar individu, meski bisa diperluas areanya hingga bidang keyakinan dan politik.

Dengan modal status ustadz (meski tak memegang selembar pun dokumen formal akademik) berusaha mempertahankan posisi keustadzannya dengan cara rutin menulis ulang info umum tentang agama (yang sebagiannya tidak relevan dan tak diperlukan) dan rajin membagikan tulisan-tulisan yang secara implisit bernada agresif terhadap figur-figur tertentu yang tak pernah satu kalipun mengkritik dan mempersolkan pandangan-pandangan primordal dan delusional sebagai modal tunggal kebanggaannya. Kasian! Dapat dibayangkan betapa dia kesal dan mengumpat realitas karena tulisan-tulisannya lewat begitu saja tanpa bekas.

Mungkin dia terjangkiti oleh sindrom keterasingan karena belum menerima fakta banyak figur yang lebih beruntung dari dirinya dalam pengaruh dan penerimaan publik. Karena itu, dia memanfaatkah waktu luang dalam hidupnya yang lengang dan sepi pergaulan komunal untuk membantah apa yang dia salahpahami atau yang ingin disalahpahaminya dari pandangan ymg disampaikan orang-orang terdengki itu dalam pelintiran dan distorsi demi mendelegitimasinya dan menarik perhatian publik kepada dirinya sebagai juri dan penentu kebenaran sesuai dengan interpretasi literal autodidaknya.

Karena sadar bahwa tindakan itu tercela dan bisa menghilangkan marwah dirinya di hadapan segelintir orang yang mengelu-elukannya, ia pun menyembunyikan identitas dirinya di balik abu anu dan abu-abu lainnya meski diksi langganannya nyata menunjuk sang toxic berkopiah.

Banyak orang merasa terusik oleh tulisan-tulisan beraroma klaim supremasi arabisme yang sering disebarkannya dalam lingkaran komunitas multi etnis yang mestinya menikmati kesetaraan sebagai buah ajaran suci ini, namun memendamnya dan hanya menyampaikannya sebagai kritik senyap kepada beberapa pihak yang memaklumi situasi sensitif bua pandangan irrasional ustadz toxic.