"VOYAGE" DALAM NEGATIVITAS

"VOYAGE" DALAM NEGATIVITAS
Photo by Unsplash.com

Kemarin sore sebuah kafe saat ngobrol santai bertiga tentang perkembangan propinsi Kaltim hingga nyenggol berita teranyar OTT terhadap pemimpin sebuah kabupaten.

Sugiarto melontarkan rasa herannya. "Dia sebelum menjadi bupati sudah sangat-sangat kaya dengan harta triliunan," katanya. "Sedangkan uang suap yang diterimanya hanya sekitar satu setengah miliar yang tak seberapa, lanjutnya.

Mengapa pejabat kaya raya mencuri uang yang sangat sedikit? Mengapa orang tampan dan punya isteri cantik mau menggoda pembantu di rumahnya?

Banyak orang mengira perbuatan negatif dilakukan hanya demi menikmati hasilnya. Padahal bila diperhatikan, sebagian pelakunya tidak memerlukannya.

Sebenarnya hasil tak selalu menjadi motif di balik setiap perbuatan negatif individual seperti berzina maupun sosial seperti korupsi, tapi yang justru membuatnya gelap mata dan nalar adalah kerakusan alias dahaga kepuasan yang tak pernah hilang.

Kita mungkin pernah mendengar atau membaca berita artis terkenal ditahan karena terbukti mencuri di supermarket bukan karena tak mampu membelinya tapi karena menikmati sensasinya. Inilah penyakit mental yang disebut kleptomania. Ia adalah gangguan yang membuat penderitanya sulit menahan diri dari keinginan untuk mencuri. Penderita kleptomania kerap mencuri di tempat-tempat umum, tetapi ada juga yang mengutil dari rumah teman-temannya.

Perubahan sistem nilai akibat dekadensi moral publik menggeser parameter kepuasan merasakan hasil ke kepuasan merasakan proses yang memberinya sensasi menyerempet bahaya yang di kalangan modern disebut voyage atau petulangan.

Sumber kerakusan adalah kehendak dominasi sebagai akibat niscaya runtuh atau tidak terbangunnya pandangan dunia tauhid.

Read more