WAHBABI

WAHBABI
Photo by Unsplash.com

WAHBABI

Ketegangan politik usai Pilkada DKI tak juga reda, bahkan melebar hingga memasuki hutan, dunia fauna.

Yang paling tenar adalah onta, sebuah hewan penurut yang tahan hidup dengan haus dan lapar selama bebarapa pekan. Karena itu, ia disebut sebagai contoh keajaiban dalam al-Quran. Urutan berikutnya adalah babi, hewan yang takkan pernah dipelihara oleh Muslim.

Meski onta bukan hewan khas suatu daerah, ontaisasi saat ini justru menjadi ekspresi implisit rasisme yang ditujukan sebagai cemooh terhadap seseorang yang asal usulnya diidentikan dengan sarana transportasi nirBBM ini karena menentang sikap politik atau pernyataannya.

Onta, babi, komodo dan lainnya menolak diidentikkan dengan sebuah ras, bahkan menolak dimanusiakan. Mereka menikmati PW.

Supaya tidak di-komodo-kan, jangan meng-onta-kan. Supaya tidak di-onta-kan, jangan mem-babi-kan. Mari memanusiakan manusia. Mari hargai hewan.

Setiap orang berhak memilih sikap mendukung atau menentang. Tapi secara moral tak ada yang berhak mengkritik seseorang dengan sebutan rasial.

Siapapun tak layak disebut babi, onta, sapi dan spesies binatang lainnya. Cacian tidak akan pernah menjadi bagian dari perbendaharaan kata dalam tradisi kritik dan polemik.

Read more