WAHYU PERILAKU

WAHYU PERILAKU
Photo by Unsplash.com

Dalam pikiran khalayak, wahyu suci hanyalah berupa teks suci al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan ucapan beliau sendiri yang disebut hadis.

Padahal semua tindakan atau perilakunya adalah sunnah.

Anggapan semacam itu sudah terlanjur memfosil di tengah kita. Nyaris tak ada yang (berani) mempertanyakan kesahihannya. Padahal, sesuatu yang dianggap benar atau sahih oleh mayoritas, belum tentu benar atau sahih sebagaimana adanya. Dialah "al-Quran yang berbicara".

Diperlukan keberanian untuk bangun dari tidur panjang dogmatis dan melompat ke telaga pikiran cerdas. Pertama-tama, perlu dipahami bahwa dalam pengertian yang lebih luas, wahyu suci meliputi semua ucapan dan laku Baginda Nabi saw berupa Sunnah. Beliau bukan hanya pewarta (nabi) tapi juga uswah dan qudwah, yaitu teladan dan model serta display dari prototipe ajaran suci yang diwartakannya. Karena itu, seluruh perilaku beliau sepenuhnya adalah wahyu.

Sikap dan perilaku, berikut pola respon Nabi saw dalam berinteraksi sosial sangatlah kontras dengan sistem budaya masyarakat. Maka dari itu, beliau tak hanya menginstal software sistem budi pekerti profetik. Namun juga mempelopori revolusi mental dan mindset aktual di tengah jantung kebiadaban yang sudah menjelma sebagai sistem sosial raksasa di masa itu.

Berikut beberapa contoh perilaku istimewa beliau:

Saat dipanggil seseorang, Nabi saw tak hanya menoleh melainkan malah membalikkan seutuh tubuh menghadapnya.

Saat berbincang dengan setiap orang, Nabi saw menanggapinya sepenuh hati hingga mereka merasa mendapat perlakuan khusus.

Saat dihampiri seseorang, Nabi saw tidak duduk menanti, melainkan segera bangkit dan antusias menyambut.

Saat menghadiri acara atau undangan, Nabi saw tidak meminta tempat khusus, melainkan duduk di barisan yang kosong.

Saat menjamu sebagai tuan rumah, Nabi saw tak berhenti makan sebelum tamu berhenti atau merasa kenyang.

Saat tamunya hendak pulang, Nabi saw mengantarkannya hingga ke ujung lorong kampung.

Saat sedang duduk bersama seseorang, Nabi saw tidak bangkit lebih dulu.

Saat diundang dalam jamuan makan, Nabi saw mengambil makanan yang terjangkau oleh tangannya.

Saat berjalan, Nabi saw tak pernah menyeret alas kakinya.

Saat makan sendirian maupun bersama orang lain, Nabi saw tak pernah bersendawa juga tak berdecak saat mengunyah.

Saat berjalan di tengah khalayak, Nabi saw melangkah pelan seakan mengendap dan tak mengisyaratkan kehadirannya.

Saat memanggil seseorang, Nabi saw tak menyingkat namanya dan tak menyebut gelar yang tak disukainya.

Saat tiba waktu makan, Nabi saw selalu berusaha mengajak makan siapapun yang melintas di depan rumahnya.

Saat terhibur, Nabi saw senyum, namun saat tertawa, tak terbahak-bahak.

Saat berbicara di depan khalayak, Nabi saw mengedarkan mata ke seluruh audiens.

Saat memuji seseorang, Nabi saw tak berbasa-basi, namun saat menegur, tak mempermalukannya.

Saat disapa orang buta, Nabi saw spontan menyahutinya dengan santun (tak cemberut).

Saat usai bertempur, Nabi saw meminta maaf bila ada sahabat sepasukan terkena tangan atau sikutnya seraya menawarkan pembalasan.

Saat wanita tak dikenal melintas di hadapannya, Nabi saw menunduk.

Saat putri terkasihnya datang, Nabi saw kontan bangkit menyambut hangat.

Saat mengantuk, Nabi saw tidur secukupnya seraya meletakkan telapak tangan di bawah pipi.

Saat hendak pergi menghalau musuh, Nabi saw berpamitan kepada kaum papa dan anak-anak yatim seraya minta didoakan.

Read more