Judul: Goodbye, Bush:
Sepatu Perpisahan dari Baghdad
Penulis: Muhsin Labib
Penerbit: Rajut Publishing
Cetakan: I, Januari 2009
Tebal: 96 halaman
SELAMA ini mungkin kita hanya mengenal legenda Sepatu Kaca Cinderella. Atau dalam fakta ada ‘kisah’ 2.000 sepatu Imelda Marcos. Tetapi sekarang kita mengenal cerita dahsyat sepatu Zaidi. Sepasang sepatu yang konon sudah ditawar sampai Rp 110 miliar. Bahkan seorang ayah-pun konon telah ‘merelakan’ anak gadisnya untuk dipersembahkan pada pemilik sepatu tersebut. Fantastik!
Buku saku ini memang ingin bercerita mengenai Muntadhar al-Zaidi, seorang wartawan televisi Al-Baghdadia yang membuat ulah (sejarah) mencengangkan banyak orang: melemparkan sepatu ke muka George Bush, saat mengikuti konferensi pers ‘pamitan’ Bush di Irak. Acara yang ditayangkan secara live di hampir seluruh stasiun televisi dunia itu ‘menghibur’ para pemirsa. Dan tentu saja komentar menjadi sangat beragam.
Penerbit dan penulis agaknya memang sengaja ‘memanfaatkan’ situasi yang mencuri perhatian dunia. Seperti dikemukakan penulis dalam pengantar yang diminta menulis buku ‘dadakan’ dan harus selesai dalam waktu secepatnya. Sehingga jadilah buku kecil ini ditulis hanya dalam waktu 2×24 jam dan 4 hari kemudian sudah dicetak. (hal 7-8). Proses penulisan buku yang mungkin sama fantastisnya dengan peristiwa sepatu itu sendiri.
Yang jelas, buku ini ‘mengikuti’ kehadiran game pelemparan sepatu yang juga langsung muncul di game flash. Hanya saja buku ini memaparkan pula ‘bisul politik’ yang sudah lama muncul di Irak, sebagai negara yang ‘terjajah’ oleh superpower AS, sekarang ini. Dengan pemaparan ini agaknya pembaca diharapkan akan bisa memahami mengapa Zaidi melakukan aksi lempar sepatu. Sekalipun kini tak ada yang tahu bagaimana nasib Zaidi (hal 46) bahkan juga nasib sepatu termahal yang pernah ada dalam sejarah. Diperkirakan konon juga sudah menjadi abon karena dihancurkan aparat keamanan karena ditakutkan juga terdapat bahan peledak (hal 64).
Buku yang ditulis serenyah-renyahnya ini memang menjadi bacaan ringan yang menarik. Meski hanya mengandalkan data dari berselancar di dunia maya namun kita dengan jelas akan melihat reaksi dunia – termasuk Indonesia – dalam shoe attack tersebut. Betapa sepatu ini tidak sekadar sepatu. Karena di tangan wartawan, sepatu ini bisa mengungkapkan penolakan masyarakat Irak terhadap arogansi dan hegemoni Amerika. Yang ternyata hal itu telah menginspirasi masyarakat di belahan bumi yang lain pula. Bukan hanya sepatu Imelda Marcos yang bertahun silam bisa menjadi headline surat kabar dunia. Yang lebih menarik, sepatu wartawan ternyata bisa lebih menjelaskan daripada pena. Mungkin, wartawan perlu mengganti adagiumnya selama ini yang menyatakan ‘pena lebih tajam dari senjata’ menjadi ‘sepatu lebih menjelaskan dari pada pena’ atau ‘berjuanglah dengan sepatu’. q-g (Annisa, mahasiswa di Yogya12/01/2009 11:26:44 /http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=188431&actmenu=46)
Buku Laris
Goodbye, Bush!
Buku instan karya Muhsin Labib ini menarik karena bercerita banyak tentang skandal ”sepatu ajaib” Zaidi. Yakni pelemparan sepatu oleh wartawan Muntadhar al-Zaidi ke arah wajah Presiden George W. Bush saat jumpa pers seusai penandatangan kerja sama dengan PM Iraq Nuri al-Maliki, 14 Desember 2008. Belum sempat berkata apa-apa, sepatu kedua juga meluncur deras ke arah yang sama. Kejadian yang disiarkan televisi dunia itu tentu menjadi hiburan gratis penonton.
Media menyebut skandal itu mirip adegan dalam film anak-anak Tom and Jerry. Kepada CNN Bush bercerita, ”Saat itu saya tidak punya banyak waktu untuk berpikir, melainkan langsung merunduk dan mengelak.” Kesigapan Bush itu diapresiasi promotor tinju Don King. ”Gerakan Bush seperti jurus bebek gesit yang biasa dilakukan petinju saat mengelak dari pukulan lawan.” ([ Minggu, 18 Januari 2009 ] http://www.jawapos.co.id/mingguan/index.php?act=detail&nid=47048)