"ZI0NIS PECEL LELE" PENYEMBAH ALGORITMA

"ZI0NIS PECEL LELE" PENYEMBAH ALGORITMA
Photo by Unsplash.com

Beberapa orang, karena meremehkan martabat diri -akibat kebodohan yang dirawat- menganggap publik sebagai pemiliknya. Karenanya, perhatian siapapun selain diri sendiri) adalah jaminan eksistensinya.

Demi memastikan tetap bernapas, dia merasa perlu memperoleh suplai itu dengan segala cara. Karena ini menjadi persoalan hidup, bukan sekadar uang (yang juga diharapkannya), ia tak lagi merisaukan logika (prinsip validitas yang akan membuat penggunanya gagal menjadi oportunis), etika (prinsip kepatutan atau kebaikan yang pasti mencegah penggunanya dari agresi), bahkan menihilkan malu, apalagi dosa yang sejak lama tak ada dalam list pertimbangannya.

Perhatian publik, entah suka atau nyinyir, adalah oksigen baginya. Dia berusaha menjadi hamba yang patuh kepada algoritma.

Dia pun menjual diri dengan terus memproduksi falasi dan stupiditas dalam aneka narasi tentang apapun yang bisa membuat dirinya menjadi objek perhatian dan target perbincangan.

Salah satu dari pelacxr algoritma itu kini berjuang gigih membedaki wajah zombie rezim rasis Israzl dengan aneka narasi manipulatif dan melumuri wajah para korban dengan ragam cemooh dan ujaran kebencian.

Read more