Kemarin pukil 10 pagi saya dijemput teman dekat untuk menghadiri sebuah acara di sebuah hotel bintang 5. Sebagai orang yang profesional dalam bidang "tanpa kerjaan", saya harus menolak untuk mengecewakannya.

Di situ kami memesan kopi yang harga totalnya mungkin seharga hape baru tipe rendah. Tapi bukan itu yang jadi tujuan penulisan karena saya tidak akan berpura-pura berebut membayar tagihan bill yang disodorkan oleh pegawai dengan senyum roboitknya, tapi banyaknya orang berseragam PNS dan ASN yang nongkpng makan siang di cafe mewah itu. Maka meluncurlah narasi sebagai berikut:

Pukul 05.00 pagi, ketika bupati masih terlelap di kasur empuknya, seorang pria dengan seragam lusuh sudah mengayuh gerobak sampahnya melintasi jalanan sepi. Tangannya dengan gesit memungut sisa-sisa makanan dan kemasannya yang dibuang para warga terhormat.

Bupati

  • Gaji bulanan setara gaji setahun petugas sampah
  • Kantor ber-AC dengan kursi kulit empuk
  • Bawahan yang selalu berkata "Ya, Pak!"
  • Hidup dalam gelembung kemewahan yang tak tersentuh realitas.

Petugas Sampah

  • Gaji pas-pasan yang habis sebelum akhir bulan
  • Seragam lusuh yang sudah lapuk dimakan cuaca
  • Bau sampah yang melekat di tubuhnya
  • Namun... senyumnya tulus saat mengangkat sampah di depan rumah kita

Kemuliaan yang Sesungguhnya

  1. Dedikasi Tanpa Pamer**
    • Petugas sampah bekerja tanpa pujian
    • Tanpa sertifikat penghargaan
    • Tanpa pemberitaan media
    • Tapi kota tetap bersih karena mereka
  2. Ketulusan yang Tak Terbeli
    • Mereka tidak perlu "kampanye" untuk dicintai
    • Tidak butuh "pencitraan" untuk dihargai
    • Kehadiran mereka berbicara lebih keras dari pidato mana pun
  3. Rasa Cukup yang Mulia
    • Meski hidup pas-pasan, tidak merampok uang rakyat
    • Meski lelah, tidak mengeluh
    • Mengajarkan arti syukur yang sesungguhnya

Ironi Kehidupan Modern

  • Pejabat dapat bonus puluhan juta karena "kinerja baik"
  • Petugas sampah dapat SP jika terlambat 5 menit.

Padahal...

  • Satu hari petugas sampah mogok kerja lebih berbahaya daripada satu bulan bupati cuti
  • Bau sampah yang tidak terangkut lebih menyakitkan daripada pidato bupati yang tidak didengar
  • Kehadiran petugas kebersihan lebih dirindukan daripada kunjungan pejabat.

Pelajaran Hidup yang Menohok

  1. Kemuliaan sejati ditentukan oleh kontribusi nyata, bukan pada jabatan
  2. Kekayaan sejati adalah rasa cukup, bukan jumlah harta.
  3. Kebahagiaan sejati diikur dari ketulusan, bukan dalam pujian.
  4. Peradaban kita dibangun di atas punggung pekerja kasar, bukan di ruang rapat ber-AC.
  5. Kemewahan pejabat adalah ilusi, sedangkan bau sampah adalah realita yang tak bisa dihindari.
  6. Truk sampah lebih diperlukan daripada mobil dinas mewah yang sering bikin pegawai bawahan terlambat kerja karena menepi dan berhenti karena takut dengar sirine patwal.

Siapakah yang lebih sejajtera, bupati ataukah petugas sampah? Tentu bupati lebih sejahtera karena gaji besar, fasilitas banyak, ditakuti dan dipatuhi bawahan dan sebagainya, padahal kerjanya hanya memberikan instruksi dan memantau kerja bawahan yang sudah paham SOP. Tapi, siapakah yang lebih penting dan diperlukan, bupati ataukah petugas sampah?

Kemuliaan ditentukan oleh dedikasi penuh, apapun kapasitas, dan posisi sosial dan imbalannya. Kesejahteraan dan kemuliaan bukanlah pasangan niscaya, malah kerap berlawanan.