Jika bisik angin yang terpotong di pipimu
tak lagi mengusap sunyimu,
mungkin kelam yang merangkak di langit
adalah selimut rahasia untuk lara yang tersembunyi.
Jika jejak hujan yang menguap di ujung atap
tak merangkul getar jiwamu,
mungkin riuh yang tak bernama di balik gelap
bisa mengunyah gemuruh yang tercecer.
Jika malam di ujung waktu yang basah
masih membelitmu dengan simpul rindu,
mungkin sajak yang buta huruf ini
bisa merobek kabut sesak di dada.
Jika asap yang terbelah, menari patah-patah,
masih menggantung di ruang sunyimu,
mungkin langit-langit kamar ini
bisa menjadi cermin untuk bayang-bayang yang tak berani lahir.