Lebaran di Medsos bising dengan ujaran kebencian rasisme.  Entah, apa targetnya?

Semula mengira itu sekadar sebagai bagian dari rencana kelompok politik tertentu yang menghendaki terjaganya kepentingan politik dengan tujuan mengurangi atau melenyapkan pengaruh politik satu atau doa orang yang vokal.

Kemudian menduga itu dilakukan oleh pihak-pihak otoritatif yang menghendaki terjaganya keutuhan Negara demi deradikalisasi yang terasosiasi dengan satu atau dua figur keagamaan yang punya pengaruh keumatan demi menjaga kerukunan dan toleransi.

Lalu mengira itu sebagai reaksi antisipatif beberapa individu, yang terdorong oleh niat baik memberi penyadaran kepada beberapa individu dari kelompok itu yang dinilai berperilaku negatif, terhadap sepakterjang dan pandangan satu atau dua tokoh keagamaan yang kerap membuat pernyataan mencederai kehormatan sejumlah tokoh dan kelompok dengan tujuan menghentikannya. Saya juga mengira pelakunya adalah

Lantas mengira itu adalah ekspresi kecemburuan akibat perebutan otoritas keagamaan yang berimplikasi terhadap kepentingan politik, ekonomi dan sebagainya demi membatasi laju ekspansi pengaruh keumatan yang dilakukan oleh sejumlah individu yang terlihat mampu menyedot massa dan menggerakkannya sebagai basis eksistensinya dalam arena umat.

Selanjutnya menduga itu adalah projek strategis reformasi konstruksi keagamaan umat dengan domestikasi dan penghapusan semua unsur budaya, tradisi dan pola keberagamaan yang dikhawatirkan dapat menjauhkan umat dari otentisitas dan identitas kesejarahan, yang menjadi celah hilangnya eksistensi negara dan ideologinya.

Kemudian mengasumsikan ini direncanakan dan diatur oleh sebuah institusi yang menginginkan runtuhnya otoritas keagamaan dan pengaruh keumatan yang dinilai mengusik stabilitas dan memicu radikalisme, bahkan eksistensi agama ini dengan mempersoalkan asal usul kedatangannya dan membenturkannya dengan nativisme.

Akhirnya meyakini itu sebagai upaya menghukum sebuah kelompok dengan narasi kebencian, intimidasi, tuduhan eksploitasi simbol agama, pemalsuan asal usul dan cacian lainnya akibat perbuatan dan pernyataan sejumlah individu di dalamnya dengan harapan kelompok itu menjadi "pesakitan" tanpa pilih dan pilah yang divonis "bersalah" di mahkamah medsos serta menerima dengan legowo sebagai keranjang stigma negatif apapun yang tak hanya kehilangan semua potensi otoritas keagamaan dan pengaruh keumatan selamanya namun juga hak untuk membela diri, klarifikasi atau memohon perlindungan hukum karena dianggap tak punya hak menjadi bagian dari bangsa.