Filantropi adalah tindakan mencintai sesama manusia dan nilai kemanusiaan, yang ditunjukkan dengan menyumbangkan waktu, tenaga, dan sumber daya untuk membantu orang lain, dengan tujuan untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Secara etimologis, filantropi berasal dari bahasa Yunani, "philein" (cinta) dan "anthropos" (manusia).

Umumnya para filantropis besar, yang merupakan industrialis terkemuka, pengusaha sukses, dan kapitalis kaya.

Filantropis deis sering kali memprioritaskan tindakan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Bagi mereka, kebaikan moral terletak pada dampak positif yang dihasilkan terhadap sesama. Ritual, dalam pandangan mereka, dianggap sebagai bentuk formalitas yang tidak memiliki korelasi langsung dengan tindakan moral.

Mereka mengkritik ritual yang dianggap kosong dari makna atau yang hanya menjadi rutinitas tanpa refleksi mendalam. Mereka mempertanyakan relevansi ritual dalam menghadapi masalah-masalah nyata yang dihadapi manusia, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan penderitaan.

Banyak filantropis yang memiliki keinginan tulus untuk membantu orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Mereka mungkin terinspiraosi oleh nilai-nilai kemanusiaan, agama, atau filosofi pribadi. Mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan kembali kepada masyarakat yang telah berkontribusi pada kesuksesan mereka. Mereka melihat filantropi sebagai cara untuk menyeimbangkan ketidaksetaraan dan memberikan kesempatan kepada mereka yang kurang beruntung.

Filantropi dapat membantu membangun citra positif dan reputasi yang baik bagi individu atau perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan publik, menarik pelanggan, dan memperkuat hubungan dengan pemangku kepentingan.

Di banyak negara, donasi amal memberikan insentif pajak, yang dapat mengurangi beban pajak bagi para filantropis. Namun, bagi sebagian besar filantropis besar, insentif pajak bukanlah motivasi utama.

Beberapa filantropis ingin meninggalkan warisan yang abadi dan dikenang karena kontribusi mereka kepada masyarakat. Mereka mungkin mendirikan yayasan atau mendukung program-program yang memiliki dampak jangka panjang.

Beberapa pengusaha yang sangat sukses, memiliki perasaan bersalah atau beban moral, karena keberhasilan yang mereka dapatkan, didapatkan dari system kapitalis yang sering kali menciptakan ketidaksetaraan. Dengan melakukan donasi, mereka berharap dapat meringankan beban tersebut..:

Meskipun beberapa filantropis mungkin memiliki motivasi yang campuran, dampak positif dari tindakan mereka tetaplah penting. Donasi mereka dapat membantu mengatasi masalah-masalah sosial yang mendesak dan meningkatkan kualitas hidup banyak orang.

Sebagian awam terinspirasi oleh tokoh-tokoh filantropi yang dikenal karena tindakan nyata mereka dalam membantu sesama. Mereka mungkin menginternalisasi pandangan bahwa kebaikan sejati diukur dari kontribusi nyata terhadap masyarakat.

Dalam beberapa kasus, pandangan ini dapat mengarah pada penyederhanaan moral, di mana kebaikan hanya diukur dari tindakan eksternal, dan aspek internal seperti spiritualitas diabaikan. Mereka beranggapan bahwa berbuat baik kepada manusia sudah cukup, tanpa harus melakukan ritual keagamaan.

Selain pandangan filantropis deis yang didukung oleh awam modern, ada pandangan dan doktrin  mistik yang menyimpang sering kali memisahkan antara aspek lahiriah (syariah) dan aspek batiniah (haqiqah).Mereka percaya bahwa ritual hanya merupakan lapisan luar dari agama, dan bahwa esensi sejati spiritualitas hanya dapat dicapai melalui pengalaman mistik langsung.

Beberapa narasi mistik abal-abal menciptakan hierarki palsu, di mana "thariqah" dianggap lebih tinggi daripada "syariah." Hal ini dapat menyebabkan pengabaian atau penghinaan terhadap ritual-ritual keagamaan yang dianggap sebagai bentuk ibadah yang lebih rendah..