Dalam alur kehidupan yang sering kali riuh dengan perdebatan tentang hakikat Tuhan, kehadiran-Nya justru kerap terungkap dalam kesederhanaan yang menyentuh. Bukan melalui kerumitan filsafat atau dalil-dalil sains yang njelimet, melainkan dalam momen-momen kecil yang sarat makna—senyum yang tulus, tangan yang terulur tanpa pamrih, atau waktu yang diberikan dengan penuh ketulusan. Dalam kehangatan sederhana ini, terselip jejak ilahi yang lembut, namun mampu menggetarkan jiwa.

Orang-orang yang berbagi dengan hati terbuka, tanpa diikat oleh hubungan darah atau harapan akan balasan, mencerminkan kebaikan yang murni. Mereka rela menyerahkan hasil jerih payahnya, menyisihkan waktu—harta yang tak tergantikan—hanya untuk mendengar, hadir, atau berbagi kehangatan. Kebaikan semacam ini, yang lahir tanpa motif duniawi, bagaikan sinar yang menembus kabut tebal dunia yang penuh perhitungan. Tindakan mereka memunculkan pertanyaan yang menggugah: dari mana datangnya dorongan tulus ini? Kebaikan semacam ini terasa seperti isyarat dari sesuatu yang lebih agung, yang melampaui sekadar naluri atau adat.

Gagasan tentang moralitas universal, yang sering disebut sebagai argumen moral untuk eksistensi Tuhan, menawarkan pandangan yang mendalam. Kebaikan hakiki, seperti altruisme, sulit dijelaskan sepenuhnya oleh hukum alam. Evolusi mungkin dapat menerangkan kerja sama demi kelangsungan hidup, tetapi gagal memahami mengapa seseorang rela berkorban meski tindakannya merugikan diri sendiri. Tindakan berbagi, mendengarkan, atau hadir dengan tulus, tanpa mengharapkan imbalan, seolah mencerminkan hukum moral yang lebih tinggi—kebenaran yang tidak bergantung pada budaya atau opini pribadi. Hukum ini, bagaikan undang-undang yang memiliki pencipta, menunjuk pada Sang Pemberi Hukum, sumber kebaikan mutlak yang disebut Tuhan.

Pemikiran Immanuel Kant menambah kedalaman pada renungan ini. Kebaikan sering kali tidak mendatangkan keuntungan langsung bagi pelakunya, namun manusia tetap terdorong untuk berbuat baik, seolah terpanggil oleh tujuan akhir—sebuah harmoni sempurna antara kebajikan dan kebahagiaan. Keyakinan akan harmoni ini mengandaikan adanya Tuhan, yang menjamin bahwa setiap tindakan baik memiliki makna abadi.

Dalam keseharian, tindakan berbagi tanpa syarat menjadi cermin yang memantulkan kehadiran ilahi. Kebaikan ini, laksana sungai yang mengalir memberi kehidupan tanpa meminta pujian, menjadi bukti bahwa rahmat mengalir melalui tindakan manusia. Kehadiran mereka yang berbagi dengan tulus—tanpa ikatan, tanpa motif, tanpa pamrih—menyisakan keajaiban yang menggugah. Tindakan sederhana ini terasa seperti bisikan Tuhan di tengah hiruk-pikuk dunia. Kebaikan tanpa syarat ini mengundang kita menatap melampaui yang tampak, menuju sumber kasih yang menenun makna dalam setiap napas ketulusan.

http://t.me/ArsipChannel_Tulisan_ML