KEYAKINAN, KENYATAAN DAN KEBENARAN (Bagian 1)

KEYAKINAN, KENYATAAN DAN KEBENARAN (Bagian 1)

Keyakinan, kenyataan dan kebenaran adalah tiga kata yang sepanjang sejarah manusia menjadi sengketa klaim dalam semua bidang dari yang serius hingga yang remeh, dari yang menakutkan hingga yang menggelikan, termasuk agama, sains, politik, bisnis, rumahtangga dan lainnya.

Sebagian (besar) orang tidak mengikuti standar jelas dalam diksi dan menerjang rambu-rambu logika dalam penamaan dan pemaknaan, termasuk tiga kata tersebut, tidak menganggapnya sinonim, homonim, antonim dan lainnya.

Kelompok ini kadang tanpa sadar menganggapnya tiga kata tersebut sebagai sinomin dengan satu makna seperti kata pakar, dan ahli, aku dan saya, tubuh, badan dan raga serta semua dan seluruh.

Kelompok ini kadang menggunakan kata kebenaran untuk menunjuk keyakinan dan kenyataan, dan kadang menyebut kenyataan dengan kata keyakinan. Kadang-kadang juga memilih kata kenyataan untuk menunjuk keyakinan, terutama keyakinan sendiri.

Kadang pula kelompok ini mengartikan keyakinan sebagai kebenaran bila terkait dengan keyakinan sendiri, dan kadang memberinan makna keyakinan yang berbeda dengan kebenaran bila terkait dengan sebuah keyakinan yang bertentangan dengan keyakinan diri sendiri. Dengan kata lain, kelompok ini menganggap tiga kata tersebut sinonim alias semakna bila terkait keyakinannya, dan tidak menganggapnya sinonim bahkan antonim bila terkait keyakinan orang lain yang berbeda dengan keyakinannya.

Karena itulah, saat menyampaikan pendapat dan berdialog, kelompok "anarkis" ini terlihat bebas tanpa beban intelektual saat berbicara tentang keyakinan juga keyakinan lain yang dianut oleh orang yang sekeyakinannya. Pendukungnya tentu banyak karena jumlah yang juga anarkis dalam berpikir dan berkomunikasi lebih banyak.

Jumlah dan prosentase kelompok ini sangat besar karena tidak siap menghadapi konsekuensi dan risiko keterikatan dan kepatuan kepada asas logika, bahasa dan pengetahuan yang sangat mungkin tidak selaras dengan kenyamanan, kemudahan dan pasivitas.

Sebagian (kecil) orang memberikan makna khusus yang berlainan namun saling berkaitan antara kecil besar atau cakupan juga irisan kepada masing-masing kata tersebut. Atas dasar itu, semua orang dalam kelompok ini memberikan batasan tegas untuk masing-masing kata tersebut seraya memahami relasi khusus antar tiga maknannya yang berlainan. Dengan kata lain, kelompok ini tidak menganggap tiga kata tersebut juga tidak menganggapnya homonim serta tidak menganggapnya antonim alias bertentangan.

Kelompok ini menganggap tiga kata tersebut sebagai hiponimi (saling berkaitan karena cakupan umum-khusus), misalnya hewan adalah kohiponim tumbuhan dan meronim (saling terkait karena cakupan himpunan dan bagian integralnya) seperti rumah dan kamar, pintu dan sebagainya.

Kelompok yang rela bekerja keras secara mental dalam pemaknaan dan penamaan yang merupakan aksi penalaran ini tergolong sangat sedikit, karena mengikuti aturan pemaknaan dan kaidah penyusunan pikir cukup melelahkan dan memerlukan ketekunan, kesabaran, kejelian dan pengorbanan ego, kepentingan, waktu, tenaga dan sebagainya.

Kelompok ini biasanya terpinggirkan.karena dianggap sebagai kritis, dicap pemberontak, anti mainstream, distigma sesat dan divonis menyimpang.

Read more