DI HADAPAN TUHAN

DI HADAPAN TUHAN

Iman dipahami oleh banyak orang sebagai lawan kufur sehingga mukmin berarti bukan kafir. Banyak pula orang memahami kufur sebagsi pengingkaran terhadap keesaan Tuhan yang disebut syirk. Padahal kufr atau kufur yang telah menjadi kata serapan dalam Bahasa Indonesia bisa berlawanan dengan iman juga bisa berlawanan dengan kefasikan.

Dalam Al-Quran, kefasikan ditegaskan sebagai antonim keimanan, "Apakah orang mukmin sama dengan orang fasik. Mereka tidaklah sama" (QS. As-Sajdah :18).

Setiap perbuatan yang ditujukan sebagai agresi terhadap orang lain yang tak bersalah atau tak berselisih dengan pelaku dalam sengketa hak atau benda adalah kefasikan.

Bila kefasikan adalah lawan iman, maka pelakunya bukanlah mukmin. Lalu apakah setiap pelaku kejahatan adalah kafir? Ya, tapi kekufuran dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu kekufuran dalam keyakinan dan kekufuran dalam perbuatan, yang disebut dengan kefasikan.

Bila diperhatikan, sumber kefasikan yang merupakan kekufuran dalam perbuatan adalah kekufuran dalam keyakinan. Dengan kata lain, semua perbuatan aniaya seseorang secara sengaja terhadap orang lain yang tidak mengganngunya bermula dari penafian Tuhan meski tak disadarinya. Bila dalam benak akal dan hati seseoeang tercetak iman atau keprcayaan tentang eksistensi Tuhan, tak mungkin dia melakukan kejahatan.

Dilaporkan bahwa Imam Sadiq pernah berkata, "Berbuatlah dosa sesukamu tapi jangan lakukan itu didahapan Allah."

Tak mungkin seseorang melakukan perbuatan buruk, termasuk melontarkan atau menyebarkan fitnah,  ujaran kebencian, penghinaan dan pembnuhan karakter, apalagi mengajak publik melakukannya bila yakin Tuhan ada di hadapannya.

Orang-orang dengan percaya diri melontarkan pernyataan kasar dengan maksud mencabut ketenangan banyak orang tentu merasa beriman, tapi melalui pebuatannya tak percaya bahwa Tuhan di hadapannya. Orang yang percaya adanya sesuatu, tak percaya sesuatu itu ada di depannya..

Read more