"SYIAH RASIS"

"SYIAH RASIS"

Judul di atas mungkin aneh dan paradoksal tapi itu merefleksikan fakta meski samar dan lirih dan mungkin personal. Sebutan ini bersifat sarkastis yang mirip dengan "Syiah London" dan sejenisnya, karena pada hakikatnya kesyiahan tidak selaras dengan semua yang kontra logika, etika, agama dan budaya.

Dzuriyah atau keturunan Nabi, yang mengaku asli maupun divonis palsu, yang hidup saat ini tidak lebih dekat secara biologis dari Abu Lahab, paman Nabi yang secara hierarkis mendekati posisi ayah. Namun hubungan biologis itu tidak sedikitpun mengurangi wibawa hukum. Allah bahkan menurunkan wahyu yang secara spesifik mengecam Abu Lahab dan diabadikan wahyu itu dengan namanya “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa;,” agar dijadikan sebagai peringatan abadi bahwa hubungan teologis tak bisa dianulir oleh hubungan biologis.

Para sayyid yang menganut mazhab Ahlul-Bait adalah orang-orang yang telah rela untuk tidak mendapatkan hak-hak istimewa yang mungkin bisa dinikmatinya bila tak dikenal sebagai Syiah, terutama bila hidup di sentra-sentra otoritas tradisional alawi di sejumlah kota di Indonesia karena telah mengembalikan hak istmewa kesucian kepada orang-orang khusus yang telah menerima tugas mengawal agama.

Setiap penganut mazhab Ahlul-Bait berpeluang untuk menjadi duplikat Salman Farisi . Setiap orang yang memegang teguh tawalli dan tabarri tergolong sebagai putra-putri Ali bin Abi Thalib.

Bila yakin mereka sebagai dzurriyah, tak perlu menyanjung mereka. Terimalah keragaman mereka sebagai fakta niscaya. Bila yakin mereka bukan dzurriiyyah, jangan injak-injak mereka. Perlakukan setiap individu sebagai manusia dan hormatilah sesuai perilakunya.

Mungkin yang tak merasa bagian dari komunitas etnik alawi yang menjadi sasaran dan korban tak merasakan derita ujaran kebencian dan rasisme yang nyata kasar dan out of logic di balik narasi-narasi pembatalan nasab baalwi yang dikemukakan oleh beberapa orang tertentu.

Karena tak merasakan itu dan minim empati, sebagian orang yang merasa Syiah malah ikut-ikutan memperluas area ujaran kebencian dengan membagikan ulang polemik nasab disertai narasi sinisme.

Aneh bila sesama pecinta keluarga Nabi yang selalu menjadi korban penyesatan tidak membangun solidaritas malah menimpakan stigma kedua "nasab palsu" atas saudara sekomunitasnya yang tak menikmati gelar habib.

Dosa horisontal sekecil apapun (berupa tindakan personal atau massal atau berupa pernyataan terucap atau tertulis atau tertayang, dalam isyarat atau gestur atau simbol sebagai afirmasi atau negasi secara eksplisit atau implisit, dirasakan efeknya oleh korban atau tidak) takkan terhapus dengan ibadah apapun tanpa maaf korbannya.

Read more