Antara Perlawanan dan Perkawanan

Antara Perlawanan dan Perkawanan

Setiap individu dan masyarakat punya ciri khas kolektif sejarah, budaya, karakter dan persoalan aktualnya dan kepentingannya. Atas dasar itu, masing-masing menentukan prioritas metode penyelesaian masalah dan tujuannya.

Di sinilah, tantangan dan peluang bisa dipahami dalam terma "lawan" dan "kawan" sebagai dialektika yang logis bahkan niscaya. Karenanya, mengenali kawan dan lawan dianggap perlu.

Kata musuh adalah istilah untuk sesuatu berupa individu atau kelompok juga yang dipandang sebagai yang akan merugikan atau ancaman bagi yang lain. Istilah ini biasanya digunakan dalam konteks yang lebih besar dari sebuah peperangan sebagai ancaman bersifat abadi. Sedangkan kata lawan punya makna yang lebih longgar mencakup musuh, rival juga pasangan. Secara ringkas, musuh adalah sumber ancaman aktif dan pasif. Sebagian orang yang terjangkiti intoleransi memperluas makna musuh sebagai individu atau kelompok yang dianggap berbeda.

"Mengenali lawan" pada dasarnya bisa dijabarkan dalam dua konteks yang berbeda, yaitu konteks individu dan konteks masyarakat. Subjek identifikasi lawan bisa berlaiinan tergantung kepada kondisi aktual masing-masing.

Sebagian bangsa, karena menghadapi aneka tantangan goepolitik dan ancaman regional dan globall berupa embargo perdagangan, sanksi ekonomi, diskriminasi diplomatik dan gangguan intensif terhadap stabilitas politik dan ekonomi domestik, mengutamakan "mengenali lawan" atau "identifikasi musuh" sebagai platform kebijakan, sikap dan tindakan. Individu dalam masyarakat yang mengutamakan "mengenali lawan" mestinya mengikuti arus umum masyarakatnya.

Tentu  "mengenali musuh" tak niscaya berarti memvonis siapapun yang tak sepikiran sebagai musuh Mengenali musuh bisa ditafsirkan sebagai anjuran kepada setiap individu untuk membekali diri dengan analisa politik, agar tidak menjadi korban dan pelaku kezaliman.

Sementara sebagian masyarakat dan bangsa yang menghadapi tantangan lain dan tidak berada dalam situasi yang selalu genting, mengutamakan "mengenali kawan" sebagai platform tindakan dan sikap. Individu yang menjadi bagian dari masyarakat yang mengutamakan "mengenali kawan" umumnya juga bersikap inklusif dan fleksibel serta cenderung kompromistis mengikuti arus utama mindset masyarakatnya.

Asas  "perkawanan" dalam konteks ini mestilah rasional, bukan pragmatikal demi mencari titik temu dengan siapapun dalam sebuah identitas yang lebih besar, seperti kemanusiaan, kebangsaan, keagamaan dan seterusnya secara gradatif. Bila tidak, umumnya komunitas kecil yang tidak percaya diri dan sadar haknya sebagai elemen penting masyarakat luas mentautkan dirinya dengan eksistensi dan prestasi masyarakat  di luar area dan kondisi aktualnya karena sebuah kesamaam primordial dan abstrak demi mengatasi delusi keterpinggiran dan rasa insekuritas. Inilah yang membuatnya canggung dan cenderung eksklusif bak minyak di tengah air.

Secara umum, pilihan pola komunikasi dan respon dalam interaksi intra dan ekstra bagi setiap individu dan masyarakat secara rasional ditentukan oleh situasi aktual yang meliputi masing-masing.

Sejurus dengan itu, mestinya komunitas yang sedang merangkak menkonfirmasi kehadirannya di tengah masyarakat besar dan majemuk mengedapankan "perkawanan" seraya tetap memegang teguh asas "perlawanan".

Read more