ANTARA PEMIMPIN DAN PENGUASA

ANTARA PEMIMPIN DAN PENGUASA
Photo by Unsplash.com

Mencari kekuasaan adalah dorongan hewani untuk bertahan hidup. Memperluas kekuasaan adalah dorongan hewani untuk memastikan pengamanannya.

Hewan hanya tahu kesempatan, bukan hak. Karena itu, baginya mengambil kesempatan hewan lain untuk hidup adalah kemestian struggle for life.

Saking vitalnya kekuasaan yang dianggap sebagai kemestian survive, makhluk kekuasaan ini rela mengorbankan apapun termasuk harta untuk itu.

Harta dalam sistem fauna adalah kekuasaan untuk mencapai puncak rantai makanan, yang dianggap sebagai tujuan paling dekat dengan bertahan hidup.

Harta dalam sistem fauna adalah kekuasaan untuk mencapai puncak rantai makanan, yang dianggap sebagai tujuan paling dekat dengan bertahan hidup.

Karena menganggap kekuasaan sebagai sebab bertahan hidup, semua norma yang tidak berhubungannya secara langsung, termasuk malu, tidaklah penting baginya.

Berbeda dengan harta, tahta dan kekuasaan lebih diinginkan manusia, karena agama dan ilmu bisa menjadi sarana mencapai kekuasaan.

Ketika manusia kehilangan kesempatan untuk bertahan hidup, ia akan menempuh jalan apapun yang tersedia, termasuk mengorbankan hak orang lain.

Politik terlanjur dianggap sebagai seni merebut dan memprtahankan kekuasaan bukan metode mengatur kepentingan individu-individu demi terciptanya kepentingan umum.

Politik sebagai metode memimpin dan mengatur masyarakat (practical philosophy) berbeda secara substantif dengan politik sebagai seni menguasai orang lain (power game).

Pola relasi antara kekuasaan dan kepemimpinan bukan kontradiksi juga bukan ekuivalensi. Relasi antar keduanya adalah interseksi atau irisan.

Sayangnya, pemegang kekuasaan tidak memiliki komptensi kepemimpinan, begitu pula sebaliknya. Itu karena legitimasi publik diganti dengan suap dan post truth.

Akibatnya, yang jadi pemimpin adalah yang mencari kekuasaan. Saat kekuasaan sudah didapat dengan menyuap atau mengelabui publik, ia menjadi penguasa, bukan pemimpin.

Perebutan akan tertayang dengan lakon-lakon yang terbahak-bahak jumawa dan lakon-lakon yang sedih nelangsa. Semuanya menyuguhkan drama humor dan horror.

“Eksploitasi” adalah esensi makhluk hidup sebagai fungsi organik dasar yang merupakan konsekuensi dari kehendak berkuasa. (Nietzsche)

Pemimpin sejati diukur dari etika yang dijunjung dan diterapkannya, bukan ditentukan oleh keyakinan formalnya atau atribut yang dipajangnya.

Read more