ELEGI CINTA PERTAMA

ELEGI CINTA PERTAMA

Ketika itu dia yang terbaring sakit di ranjang tak henti memandangi paras suami tercinta yang setia menungguinya. Matanya merinai bulir-bulir hangat, memandang wajah pria kudus itu menghadirkan cinta seutuh semesta.

Pria itu tahu, cinta pertamanya menangis bukan karena sakitnya, tapi sedang memikul sebongkah harapan.

"Apa yang kau pikul? Tuturkanlah?” ucapnya lembut seolah berbisik.sambil membelainya.

Air matanya makin deras sambil berujar,

"Aku belum berbakti kepadamu, suamiku," jawabnya dengan bibir bergetar dan mata berderai

"Tidak… Kau telah mengeluarkan semua milikmu di jalan Tuhan," sahutnya menenangkan.

Esoknya, dia memanggil puterinya.

"Putriku, kurasa ajalku segera tiba, sementara aku takut sekali akan siksa kubur. Mintalah Ayahmu menjadikan surban yang selalu menyaksi beliau menerima wahyu untuk kafanku. Aku tak sanggup meminta langsung kepadanya. Sang puteri beranjak menemui ayahnya demi menyampaikan permohonan ibunya.

Dalam jeda itu Asma’, menemaninya di samping ranjang.

"Apa gerangan yang membuatmu sedih dan menangis? Padahal kau akan menghuni sorga dengan nikmatnya? tanya Asma lembut.

"Asma’! Sebagai ibu aku tak tega melihat putriku kelak bila menikah tiada ibu yang menemaninya di rumah yang asing baginya. Dia akan sendirian tanpa aku di sana," jawab Khadijah sesunggukan. Asma’ mendekapnya penuh haru seraya bersumpah akan menggantikan posisi beliau saat puterinya dipinang seorang pria.

Lama setelah kepergiannya menuju Sang Kaliq, pada hari pernikahan, sang ayah menuntun sendiri onta yang ditumpangi puterinya menuju rumah suaminya dalam iringan para sahabat.

Usai melangsungkan walimah, ia memohon menyuruh semua yang hadir meninggalkan rumah karena ada acara khusus keluarga. Dia akan memberikan doa dan wasiat kepada kedua mempelai.

Ternyata di sudut rumah, seorang wanita berbusana serba hitam enggan keluar. Nabi menghampirinya lalu berkata, "tidakkah kau tahu, aku menyuruh semua orang keluar?”

Maafkan aku. Tak bermaksud melanggar perintahmu, namun aku harus tetap berada di rumah ini karena telah berjanji kepada Khadijah untuk menemani puterinya sebagai pengganti ibunya pada hari pernikahannya”

Mendengar nama Khadijah disebut, manusia teragung itu seketika menangis dan berhenti sejenak. Inna lillah wa inna ilaihi raji'un.

Read more