KUDETA GENESIS (Bag 1)
Melewati beberapa pintu tol terlihat ruang berkaca itu kosong. Di dalamnya tak ada lagi manusia berseragam yang menerima uang dari pengemudi mobil. Tak ada lagi komunikasi singkat antar manusia yang kerap diselingi tegur sapa dan senyum sopan seperti tertayang di tv masa lalu iklan Xonce. Kini makhluk berdaging itu digantikan oleh mesin sensor kartu. Ke mana mereka? Dipecatkah?
Nasib alienasi manusia di gerbang tol hanya ilustrasi ironik tentang ancaman terhadap manusia. Inilah ironi tentang majikan yang telah dipensiunkan oleh pelayannya dan ciptaan yang mengkudeta penciptanya.
Beberapa hari lalu saat nongkrong bareng Budiman Sudjatmiko di sebuah cafe di kawasan Menteng kami sempat membahas nasib dan kehidupan homo sapien 20 tahun mendatang ketika sains mencapai tingkat akurasi maksimum mampu menciptakan AI yang semula melayani manusia yang malas mulai mengambil alih peran-peran manusia yang tak becus, emosional dan tak punya stamina konstan lalu menciptakan peradaban baru. Manusia bertulang yang tak produkfif pun mengalami kemusnaan sistemik oleh depopulasi akibat pandemi yang silih berganti dan tersingkir dari arena peradaban baru akibat menipisnya peluang survive.
AI didefisinikan sebagai kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel”..Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer (games), logika fuzzy, jaringan saraf tiruan dan robotika.
AI bukan hanya robot atau mesin canggih tapi manusia ciptaan manusia dengan kecerdasan buatan. Ia adalah robot mandiri dengan kemampuan analisis tanpa probabilitas dan kepiawaiab pengambilan keputusan tanpa "human error". Berbeda dengan robot pabrik yang terus menerus melakukan hal yang berulang seperti mengemas suatu produk, AI memiliki pola berpikir dan bekerja seperti manusia, seperti pengenalan suara, pemecahan masalah, pembelajaran, dan perencanaan.
Smartphone yang kini seolah menjadi nyawa kedua manusia bisa dianggap bayi AI. Dengan benda kecil di genggaman, sebagian besar aktivitas mausia dapat dilakukan dengan sekali tekan tombol.
Beberapa profesi diprediksi berada dalam list korban perdana AI, antara lain kedokteran, pengajaran dan akuntansi. Pasien tak perlu repot ambil janji untuk diperiksa oleh dokter dan mencari second opinion atas hasil diagnosis. AI bisa mensortir semua hipotesa dan dugaan lalu memberikan hasil akurat.
Bersambung