MENANTI KEAJAIBAN
Tiba-tiba warga bumi tak berdaya. Sains yang sangat maju dan teknologi super canggih tak mampu menaklukkan sebuah makhluk kecil. Inilah momen penting untuk mengevaluasi sepak terjang homo sapeins. Kita mengakui keangkuhan dan keserakahan telah merasuki sebagian manusia.
Namun sebagian lain adalah manusia-manusia polos dan tak menuntut lebih dari apa yang alam persembahkan. Mereka menetap di daerah-daerah terpencil, menjalani hidup sederhana di dusun-dusun, menangkal surya menabur benih di sawah, mencari nafkah menebar jala tengah laut, mengais rumput di lereng-lereng gunung dengan sahaja, tanpa ambisi dan tanpa cita-cita, tak mengerti statistik, teori dan aneka info penting tentang ekonomi, politik dan sains.
Di surau-surau dan gubuk-gubuk di tengah pematang di kolong flay over, di trotoar dan di pemukiman kumuh menengadah memanjat doa. Merekalah para jubir kita untuk mengiba kepada Tuhan dan berdamai dengan alam. Pada mereka asa ditautkan dan harapan ditambatkan.
Ujian ini cukup berat. Harapan tentang datangnya keajaiban dari luar sana adalah bekal kita. Semoga wabah ini segera berakhir.