MERAH DAN HIJAU DALAM BINGKAI POLITIK IDENTITAS

MERAH DAN HIJAU DALAM BINGKAI POLITIK IDENTITAS
Photo by Unsplash.com

Bagi masyarakat umum yang terlanjur memahami bahwa "siapa" mendahului "apa", nasionalisme dan tradisionalisme Islam tidak ditentukan oleh paradigma tapi oleh sosok yang diposisikan sebagai ejawantahnya.

Merah dan hijau bukan soal fIgur manakah yang dianggap mewakili nasionalisme dan tradisionalisme Islam tapi soal kombinasi warna yang telah menjadi takdir politik identitas.

Dalam arena politik yang tak bebas dari intrik, post truth dan intimidasi, identitas dan simbol selalu menjadi senjata andalan, terutama bagi yang mengaku tak menggunakan identitas dalam meraih elektabilitas dan suara.

Identitas tak hanya agama tapi apapun yang dapat dijadikan sebagai etalase, termasuk nasionalisme. Semua kontestan mengaku nasionalis dan berlomba menampilkan citra relijiusitas.

Faktanya, nasionalisme bukanlah partai, bukan simbol dan bukan semata merah. Islam tradisional pun tak melulu ormas dan hanya hijau. Nasionalisme sejati menjunjung agama yang dianut nation (bangsa). Islam yang relevan juga menetapkan nation sebagai karunia Tuhan yang harus dipelihara.

Read more