OTAK REPTIL DAN REZIM ALGORITMA

OTAK REPTIL DAN REZIM ALGORITMA
Photo by Unsplash.com

Istilah croc brain adalah kependekan dari crocodile brain. Sistem kerja otak ini karena bekerja secara emosional bukan rasional, membuat subjek mudah menyebarkan hoax bukan karena mengiranya benar tapi karena merasa takut terhadap fakta yang tak dikehendakinya atau tak sesuai kecenderungannya.

Dilaporkan dari hasil riset dalam neurologi dan biologi, croc brain atau otak buaya adalah bagian yang lebih dulu berkembang sebelum neocortex pada manusia. Neocortex (disebut juga neopallium, isokorteks, atau korteks enam lapis) adalah seperangkat lapisan korteks otak besar pada mamalia yang terlibat dalam fungsi otak tingkat tinggi seperti persepsi sensorik, kognisi, pembangkit perintah motorik, serta penalaran spasial dan bahasa. Ia memungkinkan manusia menggunakan akal untuk bertindak, bukan sekadar insting untuk melindungi diri atau merasa nyaman.

Sedangkan croc brain merupakan bagian dari brain one di pusat otak yang dinamakan R Complex (Reptile Complex) yang bekerja sebagai housekeeping brain yang bertanggung jawab atas hal-hal dasar, seperti rasa lapar, kontrol suhu, respons atas rasa takut, mempertahankan wilayah, menjaga keamanan dan sebagainya.

Ketika seorang pengguna medsos memperlihatkan kecenderungan tertentu dalam perilaku saat berselancar, terutama pemihakan kepada sebuah kubu, sistem algoritma akan mendeteksi dan menangkap indikatornya lalu menyuplainya secara intensif dengan aneka info, opini dan narasi yang sebagian besarnya manipulatif dan terdesain demi mengasupi"croc brain"-nya agar terus ketagihan dan menutup diri dari info kontranya seraya menganggapnya sebagai ancaman terhadap diri (ego)-nya.

Inilah yang memproduksi polarisasi dan ekstremisme hingga rela mengumpat, menghina bahkan mengancam dalam isu-isu yang sebenarnya relatif, dinamis, ambigu bahkan kadang tak penting.

Read more